kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,05   4,30   0.48%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bisnis balsem bikin hangat kinerja Sido Muncul


Selasa, 09 Desember 2014 / 07:00 WIB
Bisnis balsem bikin hangat kinerja Sido Muncul
ILUSTRASI. Cara Daftar Driver Gojek Motor beserta Syaratnya, Calon Mitra Merapat. KONTAN/Baihaki/22/7/2019


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Diversifikasi produk menjadi strategi utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) mendongkrak pertumbuhan bisnis. Perusahaan ini akan merambah produk balsem mulai tahun depan.

Seperti halnya produk pereda masuk angin, SIDO akan memakai merek Tolak Angin untuk balsem produknya. SIDO akan memanfaatkan pabrik jamu seluas 38 hektare di Semarang, Jawa Tengah.

Reza Priyambada, Analis Woori Korindo Securities Indonesia menilai, rencana memproduksi balsem merupakan bagian dari strategi SIDO memenangkan persaingan terutama di industri farmasi. Selama ini, SIDO memang lebih mengandalkan penjualan produk berbasis jamu dan minuman berenergi seperti Kuku Bima. Citra merek tersebut terbilang bagus dan melekat di masyarakat.

Pasalnya SIDO tak bisa hanya mengandalkan pertumbuhan dari menjual produk jamu dan minuman berenergi. "Dengan memproduksi balsem, SIDO mulai memacu produk farmasi," kata Reza, Senin (8/12).

Namun, Reza menilai, penetrasi penjualan produk balsem tidak akan seperti minuman energi dan jamu. Pasalnya, balsem bukan merupakan produk yang dibeli dan digunakan secara rutin setiap hari oleh masyarakat.

Di sisi lain, peta persaingan bisnis balsem juga tidak bisa dibilang longgar. SIDO bakal bersaing dengan produk lama yang sudah lumayan melekat di masyarakat, seperti balsem Geliga dan Cap Lang.

"SIDO harus lebih jeli dalam menetapkan target pasar dari balsem yang akan dipasarkannya," terang Reza. Jika dicermati, rencana memproduksi balsem sejatinya merupakan bagian dari strategi SIDO menggenjot bisnis farmasi.

Rencana ini muncul setelah SIDO mengakuisisi perusahaan farmasi yang berbasis di Yogyakarta, PT Berlico Mulia Farma (Berlico). Nilai akuisisinya Rp 124,99 miliar.

Berlico hingga saat ini sudah memproduksi 80 produk obat resep (ethical) dan obat bermerek (OTC). Vanessa Ariati Tanuwijaya, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset 4 November 2014 menulis, kehadiran Berlico akan menambah varian produk di segmen farmasi SIDO.

Kontribusi segmen ini lebih rendah, yakni 0,5% terhadap total pendapatan SIDO. Akuisisi ini juga merupakan ikhtiar SIDO menangkap berkah berlakunya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.

SIDO akan mengganti seluruh merek obat yang diproduksi Berlico dengan merek Sido Muncul. Namun, SIDO belum berani membidik target kontribusi terlampau tinggi.

SIDO hanya menargetkan Berlico bisa menyumbang pendapatan 8% dari total investasi akuisisi atau sekitar Rp 9,99 miliar. Ini juga untuk mengompensasi penurunan penjualan Kuku Bima sepanjang kuartal III 2014 yang hanya Rp 132 miliar. Ini adalah rekor penjualan terendah sejak kuartal I tahun lalu.

Namun, Vanessa meyakini, penurunan ini hanya sementara. SIDO bakal menggelontorkan iklan dan pemasaran lebih besar dengan harapan kuartal depan penjualan membaik.

Vanessa dan Analis UOB Kay Hian, Stevanus Juanda, merekomendasikan beli SIDO dengan target masing-masing di Rp 685 dan Rp 800. Dan Ankga Adiwirasta, Analis BNI Securities, menyarankan beli SIDO di Rp 750. Senin (8/12), harga SIDO turun 3,05% ke Rp 635  per saham.         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×