Reporter: Dimas Andi | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten pertambangan nikel, PT Central Omega Resources Tbk (DKFT) membidik pertumbuhan kinerja lebih baik di 2025. Perseroan menargetkan penjualan bijih nikel tumbuh 30,77% sepanjang tahun ini.
Direktur Central Omega Resources Andi Jaya mengatakan, pihaknya menargetkan dapat menjual bijih nikel sebanyak 3,4 juta ton pada 2025. Angka ini lebih tinggi dibandingkan target penjualan nikel perusahaan pada 2024 lalu yakni 2,6 juta ton. Seluruh penjualan nikel DKFT ditujukan ke pasar domestik, tepatnya ke smelter pengolahan nikel.
Hingga kuartal I-2025, DKFT telah membukukan volume penjualan nikel sebanyak 932.014 ton. Sedangkan pada kuartal yang sama tahun sebelumnya, DKFT tidak memperoleh penjualan nikel lantaran Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) perusahaan belum dirilis oleh pemerintah.
“Target ini sebenarnya bersifat konservatif karena kami juga masih mempertimbangkan revisi RKAB yang sedang diproses,” ujar dia dalam paparan publik, Selasa (17/6).
Baca Juga: Melesat 105%, Penjualan Bijih Nikel Central Omega (DKFT) Tembus 2,59 Juta Ton di 2024
Dia menambahkan, RKAB yang diberikan Kementerian ESDM kepada DKFT saat ini berlaku selama tiga tahun dari 2024 sampai 2025 dengan volume penjualan yang ditetapkan sebesar 2,95 juta ton per tahun. Lantaran, RKAB tersebut baru keluar pada pertengahan 2024 lalu, maka sebagian target penjualan nikel DKFT pada 2024 dialihkan (carry over) ke 2025.
Nah, sejak pertengahan 2024 pula DKFT sebenarnya sudah mengurus revisi RKAB yang dipegang perusahaan. Namun, proses mengurus revisi ini tidaklah mudah mengingat DKFT membutuhkan dokumen kelengkapan seperti penyesuaian studi kelayakan dan analisis dampak lingkungan (Amdal). Harapannya, revisi RKAB ini bisa segera disetujui oleh pemerintah.
“Jika revisi RKAB ini keluar, maka target penjualan kami bisa berubah,” kata Andi.
Rencana akuisisi
Selain menanti revisi RKAB, DKFT juga punya upaya lain untuk meningkatkan kinerjanya yakni dengan mendongkrak cadangan dan kapasitas produksi. Maka itu, DKFT kini sedang menjajaki peluang akuisisi Izin Usaha Pertambangan (IUP) perusahaan tambang nikel lain di Indonesia.
Feni Silvan Budiman, Direktur Central Omega Resources menyatakan, pihaknya telah melakukan proses due diligence ke beberapa IUP nikel di berbagai daerah Indonesia. Hanya saja, sejauh ini belum ada perusahaan pemegang IUP yang sepakat untuk diakuisisi oleh DKFT.
Dia tidak bisa membeberkan secara gamblang nama perusahaan tambang nikel yang diincar oleh DKFT. Yang terang, DKFT tidak mengacu pada kuantitas IUP yang hendak diakuisisi. DKFT sangat mengutamakan aspek kualitas perusahaan tambang, termasuk dari sisi legalitas dan teknis pertambangan, sebelum agenda akuisisi tersebut direalisasikan.
“Kami ingin IUP yang diakuisisi itu nantinya akan mendukung capaian kinerja perusahaan,” imbuh dia dalam acara yang sama.
Pihak DKFT sendiri telah menganggarkan dana capital expenditure (capex) sebesar Rp 200—300 miliar untuk mendukung agenda akuisisi IUP nikel. Dana tersebut berasal dari kas internal perusahaan.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Teknikal Mirae Sekuritas Saham SMGR, TPIA, DKFT, AVIA Jumat (11/3)
Sementara itu, Analis Korea Investment and Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi menilai, target penjualan nikel yang ditetapkan DKFT masih cukup realistis kendati harga komoditas ini cenderung melemah pada 2025. Target tersebut tentunya juga mengacu pada kondisi cadangan yang dimiliki oleh DKFT.
Mengutip materi paparan publik, DKFT memiliki sumber daya nikel sebanyak 183 juta ton berdasarkan laporan JORC April 2025. Jumlah ini terdiri dari bijih nikel saprolit sebesar 62 juta ton dan limonit sebesar 121 juta ton. DKFT juga memiliki cadangan nikel sebanyak 93 juta ton yang terdiri dari saprolit sebesar 18 juta ton dan limonit sebesar 76 juta ton.
Terlepas dari itu, DKFT tetap perlu mewaspadai risiko volatilitas harga nikel di pasar global.
“Untuk memitigasinya, perusahaan bisa memperbanyak kontrak jangka panjang dengan pelanggan dan efisiensi,” terang Wafi, Selasa (17/6).
Dia juga menyebut, langkah DKFT yang hendak mengakuisisi IUP nikel bakal efektif secara jangka panjang. DKFT tentu perlu selektif dalam memilih tambang nikel yang mau diakuisisi. Apalagi, akuisisi membutuhkan dana yang besar sehingga perlu perhitungan yang matang.
Saat ini saham DKFT memiliki evaluasi yang relatif murah yakni di level 3,9 kali untuk indikator Price to Earning Ratio (PER). Namun demikian, harga saham DKFT dianggap sudah cukup tinggi sehingga rawan koreksi. Wafi pun memperkirakan harga wajar bagi saham DKFT ada di level Rp 500 per saham.
Pada penutupan perdagangan Selasa (17/6), saham DKFT berada di level Rp 472 per saham atau telah melonjak 122,64% sejak awal tahun atau year to date (ytd).
Dari sisi teknikal, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana merekomendasikan trading buy saham DKFT dengan support di level Rp 460 per saham dan resistance di level Rp 500 per saham serta target harga di kisaran Rp 530—555 per saham.
Selanjutnya: Perbaikan Marjin Kalbe Farma (KLBF) Diperkirakan Berlanjut, Ini Rekomendasi Sahamnya
Menarik Dibaca: Ada Diskon Tiket Kereta 30%, 952.639 Tiket Sudah Terjual
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News