Reporter: Michelle Clysia Sabandar | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan Bank Indonesia (BI) mengerek suku bunga acuan atawa BI 7-day reverse repo rate sebesar 25 bps menjadi 4,50% belum mampu menopang pergerakan rupiah. Buktinya, di akhir pekan ini rupiah kembali bertekuk lutut di hadapan dollar Amerika Serikat (AS).
Kemarin (18/5), kurs rupiah di pasar spot anjlok 0,70% ke posisi Rp 14.156 per dollar AS. Dalam sepekan, valuasi rupiah sudah terkoreksi 1,40%. Ini adalah posisi tertinggi mata uang Garuda sejak Oktober 2015 lalu.
Serupa, pada kurs tengah BI, rupiah juga terkapar setelah melemah 0,23% menjadi Rp 14.107 per dollar AS. Dalam sepekan, kurs tengah bank sentral turun 0,42%.
Menurut analis Valbury Asia Futures Lukman Leong, walaupun suku bunga acuan telah naik, namun kondisi ekonomi dalam negeri belum cukup bagus. "Pertumbuhan ekonomi masih tidak bagus jadi apa gunanya menaikkan suku bunga saat ini," kata dia, kemarin (18/5).
Bahkan menurut Lukman, kenaikan suku bunga justru membawa dampak kurang bagus untuk rupiah. Bisa jadi, pertumbuhan ekonomi malah semakin dipaksakan untuk terus naik sedangkan kondisi ekonomi masih stagnan.
Sementara itu, ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual menilai, sebenarnya efek kenaikan BI 7-day reverse repo rate belum terasa pada pergerakan rupiah di akhir pekan ini. Selain itu, selama sepekan ini, rupiah terus terpukul oleh sentimen eksternal, khususnya dari AS. "Rupiah melemah saat ini lebih karena kenaikan imbas hasil yield US Treasury tenor 10 tahun yang kembali bergerak di atas 3% dalam beberapa hari terakhir," jelas dia.
Sentimen ini diperkirakan tetap bertahan di pekan depan. Rupiah diprediksi bergerak di kisaran Rp 14.080-Rp 14.170 per dollar AS. Sedangkan Lukman memperkirakan kurs rupiah bergerak di rentang Rp 14.075-Rp 14.300.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News