Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemotongan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) menjadi 7% pekan lalu disinyalir bakal menjadi katalis positif bagi harga Surat Utang Negara (SUN).
Secara year to date hingga 19 Februari 2016, rata-rata harga obligasi pemerintah yang tercermin pada INDOBeX Government Clean Price naik 3,86% ke level 108,79.
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management optimistis, hingga kuartal I 2016, harga SUN berpotensi terus menanjak. Apalagi setelah BI melonggarkan kebijakan moneternya pekan lalu.
Sejak awal tahun 2016, BI sudah memangkas suku bunganya sebanyak dua kali dengan total 50 bps menjadi 7%. BI rate menyusut sebesar 25 bps dari semula 7,5% pada pertengahan Januari 2016. Aksi terbaru, pada pertemuan Rapat Dewan Gubernur BI yang berlangsung pada 17 - 18 Februari 2016, BI rate kembali dipotong sebesar 25 bps.
Katalis positif lainnya juga bersumber dari makro ekonomi domestik.Tingkat inflasi ditargetkan masih terjaga di level rendah. BI mematok inflasi sepanjang tahun 2016 sebesar 3% - 5%. Pertumbuhan ekonomi kuartal I 2016 juga diterawang bakal melebihi pencapaian kuartal I 2015 yang tercatat 4,7%.
"Dari internal tidak ada kendala. Asal rupiah terus stabil," imbuhnya.
Memang pada Maret 2016, ada jadwal pertemuan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) yakni FOMC Meeting. Namun, Mark Prawirodidjojo, Research Analyst Infovesta Utama memaparkan, survei dari Bloomberg menunjukkan bahwa besar peluang The Fed bakal menahan suku bunganya yang saat ini di level 0,25% - 0,5%. Sebab, data-data ekonomi AS masih kurang memuaskan.
Arus dana asing diperkirakan juga akan terus masuk ke pasar obligasi Indonesia. Pada Maret 2016, besar potensi Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Jepang bakal menggelontorkan stimulus guna menggairahkan ekonominya.
"Untuk ke depannya, kinerja SUN akan banyak dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi global dan kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral, terutama untuk negara-negara dengan ekonomi besar seperti Jepang, China, dan Eropa," ujar Mark.
Desmon sepakat, apabila Eropa dan Jepang menambah likuiditas, investor global akan mencari tempat lain untuk menaruh dananya, termasuk pasar SUN Indonesia.
Desmon memprediksi, pada kuartal I 2016, yield SUN seri acuan bertenor 11 tahun yakni FR0056 akan berkisar 7,2% - 7,5%. Pada Jumat (19/2), yield FR0056 tercatat 8,02%.
Sekadar informasi, jika harga obligasi naik, yieldnya bakal turun. Sebaliknya, ketika harga obligasi terkoreksi, yieldnya akan terangkat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News