Reporter: Astri Kharina Bangun | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. PT Bhakti Investama Tbk (BHIT) tahun ini berencana melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) sebesar 10% dari jumlah saham publik yang beredar atau sekitar 3 miliar lembar saham.
Penambahan modal tersebut dilakukan sebagai salah satu cara BHIT mendanai belanja modal tahun ini. Sayangnya, CEO BHIT Hary Tanoesoedibjo belum dapat memaparkan anggaran belanja modal perusahaan yang bergerak di bisnis media, jasa keuangan, dan pertambangan ini. Selain itu, BHIT juga bakal mendanai belanja modal lewat pinjaman perbankan maupun divestasi aset.
"BHIT akan melepas sebagian sahamnya dari penyertaan sebesar 20% di MNC Sky Vision. Ini untuk ekspansi di dua bidang, yaitu jasa keuangan dan pertambangan," ujar Hary, Kamis, (28/4).
Sebagaimana yang telah diberitakan, MNC Sky Vision bakal melangsungkan penawaran saham publik perdana (initial public offering/IPO) pada semester kedua tahun ini. Persentase saham yang bakal dilepas ke publik maksimal 25% dengan perincian 15% saham baru dan 10% saham lama. Saham lama ini berasal dari divestasi PT Bhakti Investama Tbk (BHIT).
Kembali ke rencana penambahan modal tanpa HMETD, Direktur Keuangan BHIT Darma Putra menjelaskan saat ini direksi belum menentukan harga penjualan saham. "Harganya nanti tergantung besar dana yang dibutuhkan untuk ekspansi. Kalau ini dilakukan cukup besar dana untuk tambahan
belanja modal," kata Darma. Sekadar catatan, harga saham BHIT pada penutupan pasar Kamis, (28/4) adalah Rp 169.
Darma menambahkan dalam tiga hingga lima tahun ke depan BHIT akan menyeimbangkan kontribusi pendapatan grup di semua lini. Saat ini 90% pendapatan BHIT masih disumbang oleh divisi media. Sisanya dari jasa keuangan dan pertambangan. Sektor pertambangan masih berkontribusi sangat minim terhadap pemasukan BHIT. Itu sebabnya, perseroan secara khusus bakal menggencarkan ekspansi di sektor pertambangan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News