Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat masih terus berlanjut. Sentimen negatif itu kali ini dipicu oleh tingginya permintaan dollar AS dari korporat menjelang akhir tahun.
Di pasar spot Selasa (2/12), rupiah turun 0,07% menjadi Rp 12.271 dibandingkan hari sebelumnya. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah melemah 0,10% ke level Rp 12.276.
Menurut Albertus Christian, Senior Research and Analyst Monex Investindo Futures, permintaan dollar tinggi karena banyaknya kebutuhan seperti membayar jatuh tempo akhir tahun dan pembayaran bonus karyawan yang harus dilakukan oleh korporasi. Adapun sisi eksternal, dollar AS terus mengalami penguatan.
Sementara downgrade rating Jepang dari AA3 ke A1 yang dipangkas akibat ketidakpastian reduksi fiskalnya turut memberi pengaruh. “Pasar jadi lebih memilih beralih ke dollar Amerika Serikat, maka dollar semakin kuat,” kata Christian.
Kecenderungan loyonya rupiah ini masih akan terus berlanjut hingga besok. Apalagi jika data tenaga kerja ADP Amerika Serikat positif melampaui estimasi 215.000 mencapai 230.000. “Ini akan membuat dollar rally terus menguat, rupiah semakin terkapar,” kata Christian. Pasalnya, jika estimasi ini terlampaui secara positif, maka akan muncul euforia, sehingga muncul lah spekulasi lebih awal mengenai suku bunga dollar AS.
Christian memprediksi, rupiah akan berada di kisaran Rp 12.330 – Rp 12.250 pada transaksi besok. “Bisa menguat kalau tenaga kerja dibawah estimasi 215.000,” kata Christian. Apalagi jika nanti malam pidato Federal Reserve Governor Lael Brainard, menyatakan bahwa arah kebijakan moneter Amerika Serikat negatif. Jika ini terjadi, rupiah hari ini bisa menguat tipis ke Rp 12.230.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News