Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Wahyu T.Rahmawati
JAKARTA. Minat terhadap investasi mulai timbul sejak Denny Thaher, Presiden Direktur PT Trimegah Asset Management berkuliah di Amerika Serikat. Pertama kali berinvestasi, Denny mencoba bermain saham. Sayangnya saat itu dia malah merugi dan membuatnya beralih pada produk investasi lain.
Sekitar tahun 1990-an saat berkuliah di AS, Denny mulai berinvestasi. Dia mengambil kelas-kelas investasi. Sambil belajar, Denny memutuskan untuk terjun langsung dengan cara membeli saham. Saat itu, dia mengaku hanya coba-coba bermain saham dan hanya membeli saham dalam jumlah kecil.
Pengalaman minim dalam bermain saham membuatnya merugi. Dia pun mulai mencari bentuk investasi lain. Saat kembali ke Indonesia, Denny yang sangat menyukai bidang investment management bekerja di sebuah perusahaan manajemen investasi. Alumni University of Colorado ini pun kemudian mengalihkan investasinya ke reksadana. Sejak saat itu, dia mulai membeli reksadana dan tidak pernah lagi bermain saham langsung.
Kata Denny, sebagai manajer investasi, dia harus mencoba disiplin untuk tidak ikut bermain saham secara langsung karena bisa menimbulkan conflict of interest. Lagi pula, dia pun tidak punya waktu mengawasi pergerakan saham saban hari. "Kalau saya berinvestasi di saham, saya kan harus monitor, harus lihat, harus transaksi. Saya tidak punya waktu untuk itu," ujar Denny.
Denny membuka akun di reksadana sekitar tahun 2000-an. Saat itu, dia berinvestasi Rp 5 juta. Denny mengaku, produk reksadana yang dibelinya pertama kali ini masih ada dan belum pernah dijualnya.
Ia berinvestasi di reksadana untuk jangka panjang, untuk bekal masa pensiun dan kebutuhan sekolah dua anaknya. Selain reksadana, Denny juga berinvestasi di properti.
Tiap bulan, secara rutin Denny menyisihkan sebagian dari penghasilan ke reksadana. Bahkan, ketika ada uang lebih, ia masukkan ke reksadana. "Ketika berinvestasi, saya sudah mengalami market yang naik turun. Ternyata, berinvestasi lewat reksadana lebih menarik. Lebih tenang dibanding berinvestasi di saham kalau secara langsung," kata Denny.
Pria berusia 46 tahun ini memilih reksadana dengan memperhatikan reputasi si manajer investasi. Rekam jejak manajer investasi ini harus bagus, harus konsisten dan mempunyai proses investasi yang bagus. "Yang penting, saya tahu manajer investasinya punya proses investasi bagus, punya prospektus bagus, ya sudah, saya tidak pernah lihat-lihat lagi. Tiap bulan beli, tiap kali ada bonus ada apa, pasti masuk ke reksadana," ujarnya.
Produk reksadana yang dipilihnya adalah reksadana saham. Dengan memilih reksadana saham, dia menganggap dirinya merupakan tipe investor yang cukup agresif dan tipe investor jangka panjang. Pengalaman yang ia peroleh, berinvestasi dalam jangka panjang dan secara reguler, hasilnya jauh lebih maksimal dibandingkan dengan investasi besar tapi cuma sekali.
Denny pun tidak lupa mengajarkan investasi ke keluarganya. Dua buah hatinya sudah ia ajarkan mengenai investasi sejak usia dini. Dia mengajarkan anak-anaknya yang saat ini berumur 12 tahun dan 14 tahun untuk menyisihkan sebagian uang jajan per bulan untuk ditabung. "Saya sudah mengajarkan investasi dari mereka umur 9 tahun," kata Denny.
Biarpun begitu, pria yang juga pernah menjabat Presiden Direktur Manulife Asset Management ini mengatakan, investasi yang paling penting dalam hidup adalah pendidikan. Dunia akan makin kompetitif, orang bertambah banyak, dan sumber daya berkurang. Sehingga kompetisi akan bertambah ketat. Maka pendidikan adalah yang investasi terpenting.
Mengajar sambil sosialisasi reksadana
Di tengah kesibukan yang padat, Denny Thaher, Presiden Direktur PT Trimegah Asset Management menggunakan waktu luang untuk berkumpul dengan keluarga. Sesekali, dia juga berkumpul bersama temen-temannya bermain motor gede.
Saat ini, Denny lebih menikmati hobinyang lain, yaitu mengajar investasi. Denny mengaku sangat senang bisa mengajar investasi di perusahaan tempatnya bekerja dan ke teman-teman, bahkan ke komunitas-komunitas.
Mengajar bisa membuat Denny tetap update dengan situasi dan kondisi dan juga berinteraksi dengan orang lain. "Karena dengan mengajar kan akan timbul diskusi, tanya jawab. Dari situ kan ada yang bisa kita ambil untuk pengetahuan kita," ujarnya.
Sarana mengajar ini juga ia manfaatkan untuk mengenalkan reksadana ke masyarakat Indonesia. Ketua Asosiasi Pengelola Reksadana ini mengatakan, investasi reksadana di Indonesia masih kecil. Aset di reksadana kurang dari 7% jika dibanding aset di perbankan.
Denny melihat, masyarakat Indonesia masih memandang investasi itu harus dilakukan dengan modal besar. Padahal, reksadana itu dibuat untuk orang-orang yang belum punya kemampuan membeli dalam jumlah besar. "Investasi itu sesuatu yang mudah dan tidak memerlukan biaya banyak. Tetapi akan memberikan manfaat yang sangat besar kalau kita pensiun, jika kita lakukan secara teratur," kata Denny.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News