Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah pandemi dan perlambatan ekonomi, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) justru mampu mencatatkan kinerja yang apik. Pada kuartal ketiga 2020, BTN berhasil mencatatkan pendapatan Rp 2,29 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 352 miliar.
Jika diakumulasikan, dalam sembilan bulan hingga September, BBTN sudah membukukan pendapatan hingga Rp 6,73 triliun atau turun 3,0% secara year on year (yoy). Namun, dari segi laba bersih, BBTN justru berhasil mencatatkan kenaikan hingga 39,8% secara yoy menjadi Rp 1,12 triliun.
Analis Ciptadana Sekuritas Erni M Siahaan dalam risetnya pada 23 Oktober 2020 mengatakan, perolehan bottom line BBTN tersebut telah memenuhi 94% dari proyeksi Ciptadana dan 102% dari konsensus. Menurutnya, hal tersebut didorong oleh biaya pencadangan yang lebih rendah dari perkiraan, yakni Rp 1,6 triliun pada Januari-September 2020 atau turun 26,5% secara yoy. Jumlah tersebut hanya memenuhi 58% dari proyeksi Ciptadana pada tahun ini.
Selain laba yang apik, BBTN juga membukukan net interest margin (NIM) alias margin bunga bersih yang solid, setelah hanya turun 20 bps secara yoy menjadi 3,1% hingga akhir Setember 2020. Erni mengatakan, salah satu penopang solidnya NIM BBTN adalah penurunan time deposit (TD) diiringi dengan low cost funding yang efektif pada manajemen current account saving account (CASA).
Baca Juga: Fokus bisnis empat bank pelat merah akan dirombak, begini rancangannya
“Kontrol biaya pengeluaran cukup baik (biaya operasi naik 2% yoy pada Januari-September 20) seiring manajemen yang aktif menutup outlet dengan angka transaksi rendah dan berfokus pada digitalisasi. Sebanyak 120 outlet sudah ditutup sejauh ini, dan sekitar 30-40 outlet lagi akan ditutup pada sisa tahun ini,” tulis Erni dalam riset.
Lebih lanjut, Erni menyebut, dengan restrukturisasi pinjaman yang baru cenderung mulai melambat, BBTN pun merencanakan sekitar 3,8%-7,6% dari total restrukturisasi akan diturunkan menjadi non performing loan (NPL). Asal tahu, restrukturisasi pinjaman akibat Covid-19 milik BBTN berada di 21% dari total pinjaman pada kuartal ketiga 2020.
Menimbang kondisi saat ini, manajemen BBTN pun memperkirakan biaya pencadangan tahun ini akan sebesar Rp 2 triliun atau diterjemahkan menjadi 0,7% dari cost of credit. Erni menyebut angka tersebut lebih rendah dari proyeksinya yang sebesar 1%.
“Saat ini sedang ada negosiasi ulang besaran bunga pada pinjaman Rp 2 triliun juga sedang berjalan. Hal ini berpeluang membuka ruang untuk adanya efisiensi cost of fund pada kuartal keempat 2020. Oleh sebab itu, kami melihat penurunan cost of fund pada kuartal keempat 2020 akan lebih signifikan dengan NIM yang bertahan di level 3,1% pada tahun ini,” tambah Erni.
Baca Juga: BTN targetkan dana kelolaan wealth management Rp 45,5 triliun hingga akhir tahun
Dengan biaya pencadangan BBTN yang lebih rendah dari perkiraan, dia pun menaikkan proyeksi laba bersih BBTN pada tahun ini menjadi Rp 1,46 triliun. Selain itu, ia juga merevisi proyeksi cost of credit BBTN dari 1% menjadi 0,8% pada tahun ini.
Erni pun merekomendasikan untuk beli saham BBTN dengan menaikkan target harga dari Rp 1.450 per saham menjadi Rp 1.625 per saham. Target tersebut mengimplikasikan 0,8 kali PBV BTN tahun depan.
Sementara analis OCBC Sekuritas Isfhan Helmy merekomendasikan untuk beli saham BBTN dengan target harga Rp 2.000 per saham. Kamis (3/12), harga saham BBTN turun 1,15% ke Rp 1.720 per saham.
Baca Juga: Selama Pandemi, Perbankan Berupaya Menjaga Rasio Kredit Macet (NPL) Sekitar 3%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News