Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) siap meluncurkan proyek baru di Bandung tahun ini. Rencananya, SMRA akan meluncurkan rumah tapak.
Summarecon Bandung rencananya hanya menjual kepada penduduk Bandung untuk menghindari spekulan asal Jakarta. Para analis percaya proyek ini bisa menjadi salah satu penopang marketing sales SMRA pada tahun ini.
SMRA menargetkan marketing sales Rp 5,5 triliun di tahun ini. Angka tersebut naik 20% dari target tahun lalu sebesar Rp 4,6 triliun. "Kami yakin target tersebut akan tercapai, malah kami memperkirakan di tahun ini marketing sales SMRA mencapai Rp 7,2 triliun," tulis analis RHB OSK Securities Lydia Suwandi dalam riset 20 Januari 2014.
Tak hanya proyek Bandung saja yang menjadi pendorong. Lydia mengatakan, proyek Serpong akan berkontribusi Rp 2,7 triliun. Lalu, proyek Bekasi Rp 1,48 triliun dan Rp 530 miliar dari proyek Kelapa Gading. "Sedangkan untuk proyek township di Bandung, diharapkan dapat menghasilkan pra penjualan Rp 800 miliar," ujar Lydia. Ini jika penjualan rumah tapak bisa mencapai 470 unit.
Meski masuk dalam hasil pra penjualan, Steven Gunawan, Analis Batavia Prosperindo Sekuritas memperkirakan, hasil proyek Summarecon Bandung baru terasa maksimal di 2016-2017. Ini karena SMRA baru launching di tahun ini dan membutuhkan waktu penjualan.
Namun, secara aset Lydia menambahkan, landbank yang dimiliki SMRA di Kota Kembang terus naik. Per Desember 2014 landbank SMRA bertambah menjadi 314 hektare (ha) dari 270 ha di Desember 2013. Ia memperkirakan, SMRA akan memiliki landbank 400 ha di Bandung.
Steven bilang, dengan memiliki luas lahan yang semakin tambun akan membuat SMRA leluasa untuk ekspansi. Tahun ini, ia memperkirakan, perusahaan properti akan kembali gencar ekspansi setelah tahun lalu menunda. "Tahun lalu cenderung mengerem ekspansi karena adanya Pemilu," jelas dia.
Meski ekspansif ternyata Lydia mencatat, anggaran belanja modal alias capital expendicture (capex) SMRA hanya Rp 1,6 triliun. Dana nantinya untuk mengakuisisi tanah Rp 1 triliun. Dan sisanya Rp 580 miliar untuk proyek Movenpick di Bali. Proyek Bali ini akan dibuka pada kuartal I-2016.
Lydia menambahkan, SMRA akan lebih gencar membeli lahan di luar Jawa. Beberapa wilayah yang menjadi tujuan akuisisi diantaranya, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Di Kalimantan SMRA akan memilih di Samarinda. SMRA telah memiliki lahan seluas 110 ha hingga September 2014, angka tersebut naik dari 2012 yang hanya 3,3 ha.
Analis Buana Capital Michael Ramba menambahkan, SMRA juga memiliki porsi recurring income yang lumayan. Hingga September 2014, pendapatan mal menyumbang 22%. Dia yakin, pendapatan SMRA tahun ini akan meningkat menjadi Rp 4,82 triliun dari proyeksi 2014 yang mencapai Rp 4,3 triliun. Sementara laba bersih bisa mencapai Rp 1,09 triliun dari estimasi 2014 di Rp 1,05 triliun.
Michael dan Lydia merekomendasikan buy. Sedangkan Steven menyarankan hold. Lydia memasang target di Rp 1.950. Sedangkan Michael dan Steven dalam proses revisi target harga saham. Kamis (22/1) harga saham SMRA ditutup naik 5,28% di Rp 1.695 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News