kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut saham second liner yang menarik dikoleksi


Minggu, 11 Maret 2018 / 22:21 WIB
Berikut saham second liner yang menarik dikoleksi
ILUSTRASI.


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama sepekan terakhir didominasi dengan penurunan. Selama sepekan, indeks telah turun 2,26%. Sejumlah tekanan ekonomi global, menjadi sentimen pergerakan indeks.Saham-saham yang masuk dalam indeks LQ45 serta second liner tak sedikit yang tertekan.

Di tengah-tengah pelemahan indeks seperti saat ini, bisa menjadi peluang untuk mengakumulasi saham-saham yang masih murah dari jajaran LQ45 dan second liner.

Menurut analis Binaartha Parama Sekuritas Nafan Aji, dalam memilih saham second liner, investor perlu memperhatikan aksi korporasi dan kinerja fundamental perusahaan yang positif. “Juga valuasi harga saham tersebut penting diperhatikan,” katanya, Minggu (11/3).

“Saya lebih memfavoritkan PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) sebab perusahaan ini memiliki kinerja yang positif setiap tahun. Secara valuasi SRIL memiliki price to earning ratio (PER) di angka 7,14 kali,” kata Nafan kepada KONTAN, Minggu (11/3).

Selain itu, Nafan juga menjagokan PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) dan PT Astra Otoparts Tbk (AUTO). Kinerja AUTO, diprediksi akan mendapat sentimen positif dari penjualan suku cadang asli atau original equipment manufacturer (OEM).  Sedangkan, BNGA menerapkan efisiensi bisnis untuk meningkatkan kinerja ke depan. “Kinerja non performing loan (NPL) gross-nya berhasil ditekan,” papar Nafan.

Nafan merekomendasikan buy saham SRIL dan BNGA, serta merekomendasikan buy on weakness saham AUTO. SRIL dengan target harga Rp 428, saham BNGA dengan target harga Rp 1.720, dan AUTO dengan target harga Rp 1.750.

Sementara, Edwin Sebayang, Kepala Riset MNC Sekuritas menyatakan selama indeks tertekan, saham second liner jarang yang turun cukup dalam. Saham-saham perbankan dan pertambangan yang menjadi pemberat indeks belakangan ini. Sedangkan, saham logam seperti PT Timah Tbk (TINS) dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) dinilai belum turun dalam.

Dia menyebut, saham PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menarik dikoleksi lantaran sudah terkoreksi cukup dalam. ADRO juga akan menarik apabila telah menyentuh level Rp 2.100. Sedangkan saham lainnya, yakni Pt barito Pacific Tbk (BRPT) juga menarik seiring dengan menurunnya harga minyak dunia. Edwin mematok target harga Rp 2.800 untuk ADRO dan Rp 3.000 untuk BRPT dengan rekomendasi beli.

Sedangkan saham second liner, Edwin merekomendasikan emiten MARK. Produsen sarung tangan tersebut, dinilai memiliki fundamental yang baik. Di tengah-tengah koreksi indeks saat ini, dia menilai merupakan momentum yang cocok untuk mengakumulasi saham dengan fundamental baik. “MARK target harganya Rp 2.590,” lanjutnya.

Kiswoyo Aji Joe, Analis Recapital Asset Management menyatakan ada lima saham yang masuk dalam kategori pilihan. Diantaranya yakni BRPT, BWPT, GZCO, ZINC, dan FPNI.

Dia melihat, permintaan produk petrokimia dalam negeri masih cukup besar. Oleh karena itu, dia meyakini kinerja FPNI dan BRPT, melalui anak usahanya, masih memiliki fundamental yang baik. “Kalau mereka bisa produksi maksimal sekalipun, Indonesia masih impor,” kata Kiswoyo, Minggu (11/3).

Emiten perkebunan seperti BWPT dan GZCO dinilai menarik, karena memiliki jumlah usia tanaman produktif yang banyak dan siap panen. Oleh karena itu, emiten ini menarik untuk dicermati.

Sedangkan untuk saham ZINC dinilai menarik, sebab emiten ini sudah memiliki smelter pengolahan timah hitam dan ada permintaan yang baik dari pasar. Sehingga produk mineral yang sudah melalui tahap smelter bisa mendapat pajak 0%, dibandingkan dengan perusahaan pengekspor tanpa melalui smelter yang bisa dikenakan pajak 30%. “Ini kan otomatis langsung masuk ke margin laba bersih perusahaan,“ papar Kiswoyo.

Dia merekomendasikan beli kelima saham tersebut. BRPT dengan target harga Rp 3.300, BWPT dengan target Rp 375, GZCO dengan target harga Rp 150, ZINC dengan target harga Rp 2.800, FPNI dengan target harga Rp 350. “Ini semua harga wajar untuk satu tahun ke depan,” kata Kiswoyo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×