kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Berikut saham-saham yang paling terdampak jika ekonomi kembali lesu


Selasa, 22 Juni 2021 / 19:51 WIB
Berikut saham-saham yang paling terdampak jika ekonomi kembali lesu
ILUSTRASI. Petugas kebersihan melintas di depan layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/foc.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus positif Covid-19 di Indonesia terus meningkat dan telah menembus 2 juta kasus. 

Dalam catatan Kontan.co.id, lonjakan kasus tersebut membuat Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati pesimistis terhadap perekonomian dalam negeri. Hal ini membuat Menkeu akan merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2021. Terlebih, pemerintah akan menggelar PPKM Mikro pada 22 Juni hingga 5 Juli 2021.

Sebelumnya, Sri Mulyani memprediksi pertumbuhan ekonomi di sepanjang April-Juni 2021 berada di rentang 7,1% hingga 8,3% year on year (yoy). Namun, Menkeu menekankan ekonomi di kuartal II-2021 akan tetap berada di zona positif.

Associate Director of Research and Investment Maximilianus Nico Demus mengatakan, sejumlah sektor akan mengalami dampak secara langsung apabila ekonomi kembali lesu. Menurutnya, sektor otomotif, properti, dan consumer goods bakal langsung tekena efek negatifnya.

Semua saham-saham dari ketiga sektor tersebut bisa melemah apabila kondisi ekonomi kembali melambat. 

Baca Juga: Stimulus PPnBM dan digitalisasi jadi katalis bagi kinerja Astra International (ASII)

"Sektor komoditas juga menjadi perhatian, namun masih tertopang oleh pemulihan ekonomi yang terjadi di Amerika dan China. Kebetulan keduanya merupakan mitra dagang terdekat dengan kita," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (22/6).

Nico menyatakan saham-saham dari sektor tersebut akan langsung terdampak lantaran masuk ke dalam saham-saham yang tergantung dengan daya beli. Apabila kasus Covid-19 mengalami peningkatan, tentu saja hal ini akan membuat masyarakat kembali menunda konsumsinya.

Hanya saja, Nico tak dapat memperkirakan sejauh mana potensi penurunan saham-saham tersebut apabila ekonomi kembali turun. 
"Karena kami melihat kalaupun perekonomian kembali turun, tentu tidak akan sedalam seperti yang dulu. Kalaupun mengalami penurunan paling hanya sementara," tambah Nico.

Untuk pelaku pasar yang masih menggenggam saham-saham dari ketiga sektor tersebut, Nico menyarankan agar terus mencermati setiap situasi dan kondisi yang ada saat ini. 

Jika pelaku pasar dan investor yakin bahwa distribusi dan vaksinasi berlangsung lebih cepat dari pada penyebaran Covid-19, maka penurunan harga saham itu merupakan sebuah momentum untuk melakukan akumulasi beli.

Sebaliknya, apabila pelaku pasar tidak yakin akan situasi dan kondisi perekonomian, berganti sektor mungkin bisa menjadi sebuah pilihan.

Nico menilai ada beberapa saham dari ketiga sektor tersebut masih cukup menarik untuk dicermati. Misalnya saja PT Astra International Tbk (ASII), PT Ciputra Development Tbk (CTRA), PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR). Dari segi valuasi saham-saham tersebut saat ini juga terbilang murah.

Jika melihat pergerakan sahamnya, saham ASII sudah terkoreksi 4,45% dalam sepekan terakhir, kemudian saham CTRA menurun 3,55% dalam seminggu ini, ICBP melemah 1,23% dalam seminggu, dan UNVR minus 2,42% dalam sepekan terkhir.

Sambil mewaspadai kondisi saat ini, Nico bilang investor juga bisa melirik saham-saham dari sektor teknologi dan perbankan yang merupakan salah satu primadona sejak awal tahun. 

"Apalagi keduanya akan bergabung tahun ini menjadi digital economy. Oleh sebab itu kami melihat bahwa kedua sektor ini tetap bisa bertahan mempertahankan kinerja positif hingga akhir tahun," papar Nico.

Baca Juga: Diselimuti sentimen negatif, simak rekomendasi saham Ramayana Lestari Sentosa (RALS)

Terlebih, situasi dan kondisi saat ini mendorong teknologi untuk menjadi yang terdepan, yang mana Indonesia tengah beralih dari konvensional menjadi digital. Dari sektor ini Nico menjagokan saham EMTK dan ARTO.

Sementara itu, Head of Investment PT Reswara Gian Investa Kiswoyo Adi Joe memandang ke depannya lonjakan kasus Covid-19 akan tidak banyak mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Menurutnya pergerakan IHSG sudah cukup kebal dengan naik dan turunnya kasus Covid-19.

Ia juga optimistis kondisi ekonomi akan tetap melaju pada tahun ini. Hal ini salah satunya didorong oleh program vaksinasi Covid-19. 

Seperti diketahui Presiden Jokowi menargetkan vaksinasi bisa mencapai 1 juta orang per harinya. Bila target tersebut tercapai maka ekonomi juga akan kembali pulih.

Ia juga masih mempertahankan target IHSG di level 6.800 sampai akhir tahun 2021. Hingga akhir bulan ini, Kiswoyo memperkirakan IHSG akan bergerak ke level 6.150.

Nah jika IHSG kembali mengalami koreksi, Kiswoyo menambahkan pelaku pasar bisa mencermati saham-saham blue chip seperti TLKM, ASII, BBCA, dan BMRI. Adapun target harga untuk TLKM di Rp 4.000, ASII dengan target harga Rp 6.000, BMRI di harga Rp 7.000, dan BBCA di level harga Rp 35.000 per saham.

Selanjutnya: Cara mencegah Covid-19 akibat infeksi virus corona varian Delta yang merajalela

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×