Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Calon emiten konstruksi PT Berdikari Pondasi Perkasa Tbk menargetkan pertumbuhan pendapatan double digit pada 2023. Target tersebut seiring dengan prospek ekonomi makro Indonesia yang tetap positif.
Direktur Berdikari Pondasi Perkasa Tan Franciscus mengatakan, tahun ini ada sejumlah faktor yang dapat mendorong industri konstruksi. Pertama, alokasi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) untuk infrastruktur yang naik menjadi Rp 392 triliun pada 2023.
Kedua, target investasi asing maupun domestik mencapai Rp 1.400 triliun pada 2023. Ketiga, estimasi pertumbuhan ekonomi yang berada di atas 5,7% - 6% menurut APBN.
Berdasarkan hal tersebut, Franciscus menilai kinerja perseroan tahun ini masih mampu bertumbuh positif. Dus, perseroan menargetkan pendapatan tumbuh 15% mencapai Rp 564,7 miliar dari tahun lalu sebesar Rp 476 miliar.
Baca Juga: Begini Strategi Aviana Sinar Abadi (IRSX) Pasca Melantai di BEI
“Proyeksi kondisi ekonomi makro tersebut membawa potensi proyek baru bagi kami sehingga memberi kesempatan bagi kami untuk berpartisipasi dan menaikkan pendapatan ke depan,” ujarnya di Jakarta, Selasa (7/2).
Franciscus menyebutkan, perusahaan telah mengantongi kontrak sebesar Rp 152,9 miliar sampai dengan 31 Januari 2023. Angka tersebut setara dengan 28% dari target pendapatan tahun ini.
Dari angka tersebut, BDKR telah mendapatkan dua proyek dari Ibu Kota Negara (IKN) baru sebagai sub kontraktor. Pekerjaan tersebut meliputi pembangunan fender jembatan pulau Balang dan pembangunan duplikasi jembatan bentang pendek pulau Balang, Kalimantan Timur.
Selain itu, perseroan juga menggenggam kontrak dari proyek pembangunan power plant Amman Mineral di Sumbawa, proyek perawatan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) di Tolo, Sulawesi Selatan, proyek Nasional Hijau Lestari (NHL) di Kabaena, Sulawesi Tenggara, proyek Groundsill Sungai Cipamingkis, Jawa Barat, proyek Jetty untuk Smelter di Teluk Waru, Kalimantan Timur, dan proyek heavy lift crane rental di Freeport Smelter, Gresik.
"Delapan proyek tersebut menjadi yang terbesar sejauh ini," sebutnya.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juli 2022, BDKR mencatatkan pendapatan usaha sebesar Rp 274,59 miliar atau naik 23,81% pada periode yang sama tahun lalu. Pada 2021, BDKR membukukan pendapatan sebesar Rp 221,77 miliar.
Akhir Juli 2022, BDKR mencatatkan peningkatan beban pokok pendapatan dari Rp 132,67 miliar menjadi Rp 163,87 miliar. Namun, laba kotor BDKR masih naik 24,26% menjadi Rp 110,72 miliar.
Baca Juga: Bookbuilding Dimulai, Mitra Pack Ajukan Harga Saham IPO Rp 100-120 per Saham
Setelah dikurangi berbagai beban, BDKR mampu membukukan laba bersih periode berjalan sebesar Rp 36,28 miliar per 30 Juli 2022. Angka ini meningkat 47,22% dari Rp 19,15 miliar.
Sementara itu, jumlah aset BDKR meningkat 30,14% dari Rp 833,13 miliar di akhir tahun 2021 menjadi Rp 1,08 triliun per 30 Juli 2022. Di sisi lain, jumlah liabilitas meningkat 65% dari Rp 329,85 miliar pada 31 Desember 2021 menjadi Rp 544,28 miliar pada 30 Juli 2022.
Untuk kas dan bank, akhir periode terjadi peningkatan 301,7% dari Rp 3,89 miliar menjadi Rp 16 miliar. Franciscus menjelaskan kenaikan aset yang signifikan terjadi akibat belanja modal pada 2022 yang disiapkan BDKR untuk menyambut peluang tambahan proyek di 2023.
Oleh sebab itu, tahun ini perseroan memutuskan untuk menahan alokasi belanja modal dan fokus menggunakan dana IPO untuk belanja operasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News