Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Edy Can
JAKARTA. Ambisi PT Benakat Petroleum Energy Tbk (BIPI) menjadi penguasa kedua terbesar di PT Elnusa Tbk (ELSA) tercapai. Kemarin (5/7), BIPI menuntaskan pembelian saham ELSA yang dikuasai PT Tridaya Esta sebesar 12,55%.
"Kami sudah crossing ELSA hari ini (5/7), jam 5 sore," kata Sekretaris Perusahaan BIPI Ferdinand Dion kepada KONTAN, kemarin. Artinya saat ini BIPI resmi menguasai 37,15% saham ELSA. PT Pertamina masih menjadi penguasa mayoritas ELSA dengan kepemilikan 41% saham. Sisanya 21,75% saham milik publik.
Pada pembelian tahap kedua ini, BIPI menyetorkan dana Rp 302,3 miliar. Pada 12 Maret lalu, BIPI telah melunasi pembayaran 24,60% saham ELSA milik Tridaya senilai Rp 592,51 miliar.
Untuk membiayai akuisisi ini, BIPI mendapatkan pinjaman dari PT Indotambang Perkasa sebesar Rp 895 miliar. Indotambang merupakan pemegang saham terbesar Benakat. Kabarnya, saham ELSA yang dibeli BIPI menjadi jaminan utang ke Indotambang.
Hampir gagal
Pembelian 12,55% saham ELSA ini nyaris gagal. Pelunasan pembayaran sisa saham itu sempat tertunda dua kali. Awalnya, BIPI berencana melakukan pelunasan pada 12 April lalu, tapi gagal dan ditunda hingga 12 Juni 2010. Belakangan, transaksi itu kembali gagal. BIPI lalu menargetkan pelunasan sebelum 12 Juli ini.
Ferdinand beralasan, penundaan pelunasan itu terjadi akibat masalah administrasi dan dokumen yang belum lengkap. Namun kabarnya, penundaan terjadi karena Tridaya belum menyelesaikan utangnya.
Sebelum transaksi ini, Tridaya telah menggadaikan 37,15% atau 2,71 miliar saham ELSA kepada Dharma Investments, perusahaan di Singapura. Mereka memakai dana tersebut untuk melunasi utang kepada Danareksa senilai Rp 416,47 miliar.
Gara-gara masalah utang ini, Saratoga Capital yang sempat menjadi preferred bidder akhirnya mundur sebagai calon pembeli 37,15% saham ELSA milik Tridaya. Padahal, perusahaan Sandiaga Uno itu telah menyiapkan dana akuisisi US$ 150 juta.
Dengan menjadi pemegang saham terbanyak kedua di ELSA, pendapatan BIPI diprediksi naik cukup signifikan. "Hasil dari laba bersih ELSA ini akan mendongkrak pendapatan BIPI tahun ini," kata Analis Waterfront Securities Isfhan Helmy Arsad.
BIPI sendiri menargetkan, bisa meraup laba bersih sebesar Rp 20 miliar pada kuartal II-2010. Selain dari pertumbuhan organik, BIPI akan mendapat kontribusi dari pertumbuhan nonorganik, seperti laba bersih ELSA.
Meski pendapatan BIPI berpotensi meningkat, Isfhan mengingatkan agar investor mencermati utang BIPI kepada Indotambang. Sebab, pinjaman itu bisa menjadi beban baru bagi perusahaan. Sementara produksi batubara dan minyak belum mampu memberikan kontribusi besar. Bahkan, bisnis batubara baru akan memberikan kontribusi di tahun 2012. "Utang baru ini bisa menjadi beban BIPI," tegas Isfhan.
Sebagai emiten baru di bursa Efek Indonesia (BEI), kantong BIPI sebenarnya masih tebal. Dari total penjualan saham perdananya sebanyak 576 miliar, dana yang telah mereka pakai baru sekitar Rp 100 miliar. Tapi berhubung dana tersebut sudah dialokasikan untuk membiayai ekspansi, maka BIPI terpaksa berutang untuk membeli saham ELSA.
Tahun ini, Benakat menargetkan produksi minyaknya sebesar 4.000 barel per hari (bph). Produksi itu diharapkan meningkat menjadi 6.000 bph di tahun 2011.
Kemarin (6/7), harga saham BPI berada di Rp 143 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News