Reporter: Aris Nurjani | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan market aset kripto memasuki tengah pekan ini masih terlihat stagnan namun cenderung menurun.
Melansir situs CoinMarketCap pada Rabu (29/6) pukul 12.00 WIB, 10 aset kripto berkapitalisasi pasar terbesar atau big cap kompak turun sedikit ke zona merah dalam 24 jam terakhir. Nilai bitcoin (BTC) merosot 2,13% ke US$ 20.284 dalam sehari terakhir.
Sementara, nasib altcoin lain seperti ethereum (ETH) tidak jauh berbeda, turun 3,05% ke US$ 1.145 di waktu yang sama. Harga Solana (SOL), Dogecoin (DOGE) dan Polkadot (DOT) juga turun lebih dari 4%.
Trader Tokocrypto Afid Sugiono memprediksi, pergerakan market kripto pada pekan ini masih terus bergerak sideways. Volume trading market juga bergerak tipis sejak akhir pekan lalu.
"Dari pergerakan market kripto masih datar saja. Ini diperkirakan akan terus berlangsung lama. Salah satu penyebab market terus sideways di antaranya, investor khawatir mengenai inflasi dan potensi perlambatan ekonomi global ke depan," kata Afid dalam Tokocrypto Market Signal yang dirilis Rabu (29/6).
Baca Juga: Peretas Bobol Koin Kripto Senilai Rp 1,48 Triliun
Selera risiko investor kripto tengah lesu mengikuti kondisi yang terjadi di pasar saham. Sekarang dalam menentukan aksi jual-beli di market kripto, investor terkadang sering melihat kinerja indeks Wall Street sebagai acuan. Makanya, tak heran jika kini pergerakan pasar kripto berkorelasi dengan pasar saham AS.
Selain itu, pelaku pasar juga mencerna data-data ekonomi terbaru dan komentar dari petinggi The Fed.
Para pemegang kebijakan The Fed pada Selasa (28/6), berjanji segera menaikkan suku bunga lebih lanjut untuk menekan inflasi, sembari mencegah kekhawatiran biaya pinjaman yang lebih tinggi yang akan memicu penurunan tajam.
"Investor bisa mencerna rentetan komentar pejabat The Fed tersebut sebagai sinyal bahwa The Fed masih bakal menaikkan suku bunga acuannya dengan agresif dan mengabaikan dampak negatifnya ke pasar saham dan kripto," ungkap Afid.
Belum ada momentum bullish
Afid berkeyakinan dalam beberapa waktu ke depan belum ada momentum yang baik untuk market bergerak bullish.
Apalagi, ekonom Wall Street meramalkan bahwa resesi ekonomi AS bisa terjadi dalam kurung waktu 12 bulan mendatang. Ramalan ini memberikan sinyal antisipasi bagi pelaku pasar, mengantisipasi efek samping kebijakan moneter agresif The Fed.
Pergerakan bitcoin pun rupanya diramalkan belum bergerak bagus. Pasar kripto belum bisa menguat signifikan pekan ini, karena tidak ada momentum yang bisa mendorong BTC meninggalkan kisaran US$ 20.000 per keping.
"Bitcoin akan menuju test support berkali-kali, harganya bisa jadi akan berada di level US$ 19.800 hingga US$ 17.000 dalam beberapa waktu ke depan. Dari analis teknikal, prospek bullish belum bisa terihat. Untuk bergerak bullish, BTC harus melewati level resistance di titik US$ 23.000," jelas Afid.
Jika dilihat dari sisi teknikal, BTC sendiri memiliki peluang untuk melanjutkan penguatannya sampai ke area US$ 22.000 dalam waktu dekat ini.
Baca Juga: Robert Kiyosaki Menunggu Harga Bitcoin Menguji Level US$ 1.100
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News