kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Belanja iklan emiten konsumer meningkat


Sabtu, 21 Mei 2016 / 13:27 WIB
Belanja iklan emiten konsumer meningkat


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pada kuartal pertama 2016, belanja iklan bertumbuh 24% menjadi Rp 31,5 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, belanja iklan baru mencapai Rp 25,4 triliun.

Menurut Kevin Halim dan Rizky Hidayat, dari tim riset Mandiri Sekuritas, ada beberapa faktor yang mendukung pertumbuhan belanja iklan pada tiga bulan pertama tahun ini. Dasar perhitungan kuartal pertama tahun 2015 rendah. Peningkatan belanja didorong oleh penurunan harga BBM, strategi lebih agresif perusahaan konsumen lokal dan outlook rupiah yang stabil.

Belanja iklan media televisi adalah penggerak utama belanja iklan nasional dengan peningkatan 33% pada kuartal pertama tahun ini menjadi Rp 24,2 triliun. "Pertumbuhan belanja iklan televisi akan mengungguli pertumbuhan belanja iklan nasional karena kenaikan tarif," kata Kevin dan Rizky dalam riset.

Iklan rokok dan iklan pemerintah masih mendominasi belanja iklan nasional. Selama kuartal I 2016, iklan dari perusahaan rokok dan organisasi pemerintah masing-masing mewakili sekitar 6% dari belanja iklan nasional. Jumlah iklan rokok pada kuartal I 2016 sebesar Rp 1,9 triliun, meningkat 76% ketimbang kuartal pertama tahun lalu.

"Dunhill dan Djarum Super Mild adalah merek yang paling agresif dalam belanja iklan pada kuartal tersebut," ungkap Kevin dan Rizky dalam riset Kamis (18/5). Perusahaan-perusahaan sektor konsumer akan terus berbelanja iklan, menyusul bisnis e-commerce. Iklan produk perawatan rambut, teh dan kopi, makanan instan, makanan ringan dan produk fast moving consumer goods (FMCG) lain tumbuh double digit pada kuartal I 2016.

Susu dan produk nutrisi mengalami kenaikan tertinggi di produk FMCG selain rokok, dengan pertumbuhan 67%, mengekor teh dan kopi yang tumbuh 42%. "Kami menduga, strategi iklan agresif oleh perusahaan-perusahaan FMCG karena rupiah yang lebih stabil, pemotongan harga bahan bakar, dan outlook yang lebih baik pada belanja konsumen," kata Kevin dan Rizky.

Sebagai contoh, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) menambah belanja iklan dan promosi menjadi Rp 512,43 miliar pada kuartal pertama. Beban iklan dan promosi ini naik 42,35% jika dibandingkan kuartal pertama tahun lalu. Beban iklan dan promosi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) di kuartal pertama pun naik 22,93% menjadi Rp 375,01 miliar.

Kondisi sedikit berbeda terjadi pada PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ) yang justru menurunkan beban iklan dan promosi. Sedangkan dua emiten rokok yakni, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) mengerek belanja iklan dan promosi.

Pada kuartal kedua tahun tahun 2016, diprediksi akan terjadi peningkatan belanja iklan. Pertumbuhan ini didukung oleh mulainya acara olahraga, seperti Liga Bola Indonesia dan Euro Cup 2016 pada kuartal kedua. Kedua acara ini diperkirakan bisa mengerek iklan.

Kevin dan Rizky memprediksi netral sektor media televisi, dengan prospek pertumbuhan belanja iklan nasional 7% dan 10% untuk belanja iklan televisi untuk tahun ini. Kedua analis merekomendasikan netral PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) dengan target harga Rp 2.200 dan PT Surya Citra Media Tbk (SCMA) dengan target harga Rp 3.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×