Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menambah lima saham untuk underlying baru untuk Kontrak Berjangka Saham (KBS) atau Single Stock Futures (SSF) mulai hari ini, Senin (14/7).
Saham-saham yang ditambahkan sebagai underlying SSF, yaitu PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Barito Pacific Tbk (BRPT).
Dengan penambahan lima saham tersebut, maka saat ini terdapat total sepuluh saham underlying Single Stock Futures.
Yaitu, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Astra International Tbk (ASII), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM), dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA).
“Per hari ini, investor pun sudah dapat memperdagangkan SSF atas total sepuluh saham dengan terlebih dahulu membuka rekening derivatif pada Anggota Bursa yang telah memiliki izin sebagai Anggota Bursa Derivatif,” katanya dalam keterangan resmi, Senin (14/7).
Baca Juga: Siap-Siap! Sri Mulyani Mulai Pelototi Pajak dari Media Sosial pada 2026
Direktur Pengembangan BEI Jeffrey Hendrik mengatakan, penambahan underlying SSF dilakukan dengan mempertimbangkan tren dan dinamika pasar terkini. Yaitu, dengan kondisi sektor konsumsi, pertambangan, dan energi menunjukkan kinerja yang relatif positif di tengah dinamika ekonomi global dan domestik.
Penambahan underlying SSF ini merupakan bentuk komitmen BEI untuk meningkatkan kedalaman pasar serta memberikan lebih banyak pilihan produk yang di pasar modal Indonesia.
Jeffrey menyampaikan, penambahan underlying SSF tidak hanya menjadi milestone penting dalam pengembangan produk derivatif. Namun, juga langkah strategis dalam meningkatkan daya tarik dan likuiditas pasar modal Indonesia secara keseluruhan.
“Dengan semakin luasnya pilihan produk derivatif, kami berharap investor memiliki lebih banyak alternatif instrumen investasi untuk menyesuaikan strategi investasinya,” ungkapnya.
Dengan karakteristik likuiditas tinggi dan fundamental baik, kehadiran kelima saham sebagai underlying baru SSF diharapkan dapat menjawab kebutuhan investor dalam melakukan lindung nilai (hedging).
“Maupun lewat optimalisasi keuntungan portofolio dalam berbagai kondisi pasar melalui pemanfaatan fitur leverage dan fleksibilitas transaksi dari sisi modal yang tidak besar, serta transaksi dua arah (long atau short) pada saham-saham dari sektor yang beragam,” tuturnya.
BEI akan terus melakukan sosialisasi dan edukasi kepada seluruh pelaku pasar agar lebih memahami manfaat dan mekanisme dalam bertransaksi produk derivatif.
“BEI juga kerap mendorong partisipasi Anggota Bursa untuk aktif menyediakan akses perdagangan derivatif sehingga semakin banyak investor dapat menjangkau dan menjadikan produk derivatif sebagai pilihan investasi yang menarik dan memberikan nilai positif ke depannya,” paparnya.
Jeffrey menambahkan, sejak diluncurkan, transaksi SSF terus menunjukkan perkembangan positif dengan mencatatkan volume transaksi yang bertumbuh.
Sampai dengan Juni 2025, transaksi SSF mencapai 2.175 kontrak atau sebesar Rp1,02 miliar. Jumlah investor Derivatif juga menunjukkan peningkatan 142% dibandingkan tahun 2024 dengan mencapai 359 investor.
Capaian ini mencerminkan meningkatnya minat dan kepercayaan investor terhadap instrumen derivatif, khususnya SSF, sebagai alternatif investasi yang potensial di pasar modal Indonesia.
“Jumlah ini meningkat 19% dibandingkan jumlah kontrak pada tahun 2024,” ungkapnya.
Baca Juga: Kemenkeu Usulkan Pengenaan Cukai Produk Pangan Olahan Bernatrium pada 2026
Selanjutnya: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Menarik Dibaca: Bentuk Ekosistem Perbankan, Bank Muamalat Gandeng Jaringan Sekolah Islam Terpadu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News