Reporter: Abdul Wahid Fauzi, Yuwono Triatmodjo, | Editor: Edy Can
JAKARTA. Tak hanya Grup Bhakti yang sibuk menggelar ekspansi usahanya di tahun ini. Sang pemiliknya, Hary Tanoesoedibjo juga rajin mengoleksi saham perusahaannya, yaitu PT Bhakti Investama Tbk (BHIT). Aksi penambahan saham ini mendapat perhatian Bursa Efek Indonesia (BEI). Maklum, saat yang bersamaan, BHIT akan membagikan saham bonus dan menggelar ekspansi usaha.
Berdasarkan laporan kepemilikan saham per 14 April 2010 yang tercatat di Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), Hary telah mengempit 1,27 miliar saham atau setara 17,6% dari total saham BHIT. Jumlah ini bertambah 46,21 juta saham dari posisi sehari sebelumnya, yaitu sebanyak 1,23 miliar saham atau 16,96%.
Bahkan, sebenarnya, sejak akhir bulan lalu, Direktur Utama BHIT ini rajin membeli saham perusahaan yang dipimpinnya melalui lantai bursa. KONTAN mencatat, berdasar surat keterbukaan informasi BHIT ke BEI, setidaknya Hary telah empat kali melakukan aksi itu. Yaitu, pada 26 Maret, 6 April, 7 April, dan 14 April lalu.
Alhasil, kepemilikan saham Hary di BHIT membengkak dari 1,06 miliar saham atau 14,68% per 26 Maret 2010 menjadi 1,27 miliar saham atau setara 17,6%. Artinya, jumlahnya meningkat 2,92% dalam rentang waktu sekitar tiga pekan. Darma Putra, Direktur BHIT, dalam setiap surat keterbukaan informasi BHIT bilang, tujuan transaksi-transaksi tersebut untuk investasi strategis.
Namun, aksi penambahan saham ini mengundang perhatian otoritas pasar modal. "Kami akan meneliti pembelian itu," kata Eddy Sugito, Direktur Penilaian Perusahaan BEI, kepada KONTAN, dua hari (14/4) lalu. Sedangkan Direktur Utama BEI Ito Warsito menilai, pembelian itu tidak bermasalah jika sesuai ketentuan dan aturan yang berlaku. "Kami tidak bisa melarang," imbuh dia, Rabu lalu.
Yang jelas, kepemilikan Hary di BHIT akan makin bertambah karena perusahaan ini berencana membagikan saham bonus. Dalam pengumuman 14 April lalu, BHIT menyatakan akan membagikan saham bonus dengan rasio 1:3 pada 21 Mei. Jadi, setiap pemegang satu saham BHIT berhak mendapatkan tiga saham bonus.
Nah, jika mengacu kepemilikan sahamnya per 14 April 2010, Hary akan menguasai 3,81 miliar saham BHIT pasca pembagian saham bonus. Catatan saja, pemegang saham BHIT selain Hary adalah Bhakti Panjiwira (23,72%), ABN Amro Nominees (8,53%), UOB Kay Hian (6,37%), UBS AG Singapore (5,71%) dan sisanya dimiliki oleh publik.
Perlu transparansi
Hary menganggap tidak ada masalah dengan aksinya membeli saham BHIT. "Setiap pihak berhak membeli saham perusahaan terbuka, dan bedanya kalau pihak terafiliasi harus melaporkan ke Bapepam-LK dan BEI," tandasnya, kemarin.
Ariston Napitupulu, pengamat pasar modal, menilai aksi itu mengandung konflik kepentingan tapi tidak melanggar aturan. "Kalau di negara lain, jika pihak internal ingin membeli saham harus melapor dahulu ke otoritas pasar modal," katanya.
"BEI dan Bapepam-LK harus panggil manajemen dan Hary untuk menanyakan maksud pembelian," timpal Sutito, pengamat hukum pasar modal. Tujuannya untuk menyelidiki apakah masih ada informasi yang disembunyikan. "Pembelian ini bisa diindikasikan insider trading," imbuhnya. Asal tahu saja, BHIT tengah gencar mengakuisisi perusahaan lain demi ekspansi usahanya ke sektor pertambangan dan asuransi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News