Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - KUTA. Erupsi Gunung Agung sudah mereda. Namun, efeknya masih terasa. Sektor pariwisata di Bali terpukul akibat turunnya jumlah wisatawan.
Tak perlu ribet baca data sana-sini. Mari lihat secara riil.
Kontan.co.id berkesempatan mengikuti kegiatan sosial bertemakan Bali is Safe yang diselenggarakan Bursa Efek Indonesia (BEI). Restoran Mahagiri jadi salah satu destinasi.
Dampak erupsi Gunung Agung cukup signifikan. Sebelum erupsi, jumlah wisatawan asing yang makan di restoran tersebut bisa mencapai 300 orang per hari.
"Tapi, sekarang sehari saja paling banyak hanya 20 orang," ujar Direktur Utama BEI Tito Sulistio sembari mengulang ucapan salah seorang pegawai di restoran tersebut, Sabtu (16/12).
Bukan hanya restoran tersebut, para pedagang di Pura Besakih pun merasakan hal serupa. Di hari-hari biasa, pendapatan pedagang asongan bisa mencapai Rp 50.000 per hari.
Jumlahnya bisa naik menjadi sekitar Rp 80.000 per hari jika ada upacara tertentu di pura tersebut. "Sekarang, paling hanya Rp 10.000, kadang malah enggak dapet," aku salah seorang pedagang.
Itu hanya sedikit contoh riil. Tak sedikit bisnis terutama skala mikro yang terpukul akibat turunnya jumlah wisatawan.
Kepulan asap memang masih terlihat di puncak Gunung Agung. Tapi, tak lama kepulan tersebut hilang.
Terhentinya aktivitas penerbangan yang jadi salah satu pemicu turunnya jumlah wisatawan juga sudah kembali dibuka. Sehingga, Bali sudah aman untuk kembali dikunjungi. "Bali is safe," tegas Tito.
Dia menambahkan, pariwisata bukan hanya menjadi salah satu yang paling penting dalam pembangunan ekonomi, tapi juga yang paling efisien.
Puluhan ribu dollar diperlukan untuk investasi satu pekerja jangka panjang disektor infrastruktur dan manufaktur. "Tapi, hanya butuh US$ 7.000 dolar untuk satu pegawai jangka panjang disektor pariwisata," pungkas Tito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News