Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bursa Efek Indonesia (BEI) akan merilis tiga indeks baru yang berorientasi ramah lingkungan (green) pada tahun depan. Indeks hijau adalah indeks yang berisikan saham-saham yang yang memenuhi penilaian environmental, social, and governance (ESG) atau bisnis yang berkelanjutan.
Asal tahu saja, standard ini mengukur bagaimana perusahaan bisa beroperasi dengan risiko bisnis yang terkelola dengan baik.
Direktur Pengembangan BEI Hasan Fawzi menjelaskan, BEI telah menangkap minat besar di area sustainable atau green investing. “Sehingga pada tahun ini, BEI telah melakukan pengkajian mengenai green atau ESG indeks, rencananya tahun depan akan segera dirilis,” jelasnya kepada Kontan.co.id saat ditemui di Lombok, Jumat (25/10).
Hasan menjelaskan target audiens indeks hijau ini sensitif, artinya tidak hanya investor domestik saja yang menjadikannya pedoman investasi tetapi juga investor asing. Selain bekerja sama dengan Sri Kehati, BEI juga akan menggandeng institusi riset atau index provider asing yang sudah diakui kemampuannya untuk melakukan scoring pada emiten-emiten yang akan jadi konstituen green index nanti.
Rencananya tiga indeks yang akan dikeluarkan adalah indeks hijau dengan tema yang berbeda-beda. Hasan menyatakan indeks yang pertama adalah Headline Index ESG yang belum dimiliki bursa Indonesia. Nantinya indeks tersebut akan berisikan saham-saham jagoan atau bisa dikatakan sebagai most liquid sustainble index.
Indeks kedua nantinya kurang lebih punya variasi konstituen yang lebih banyak seperti IDX80 atau LQ45 yang maksimal isinya 100 konstituen saham-saham hijau. Hasan bilang indeks ketiga yang kemungkinan bakal diterbitkan adalah sustainable islamic index atau indeks hijau syariah.
Baca Juga: IHSG hanya menguat tipis 0,02% hingga akhir perdagangan sesi I
Hasan menyatakan penerbitan saham ini akan dibagi dalam dua termin, yakni pertama diluncurkan pada semester I 2020. Sisanya akan dilanjutkan di semester II 2020. Sebab menurut Hasan indeks dengan konsep baru ini perlu waktu untuk diserap pasar.
Hasan percaya indeks hijau ini juga akan berhasil seperti indeks-indeks sebelumnya yang diluncurkan di sepanjang 2019 yakni IDX80 dan IDX Value 30 dan IDX Growth 30. Hasan menyatakan ketiga indeks baru tersebut sudah punya pengelola dana yang menggunakannya sebagai underlying.
Bahkan untuk IDX Value 30 selain digunakan sebagai underlying reksadana, sebagian exchange traded fund (ETF) baru yang intial public offering (IPO) tahun ini juga mengacu pada indeks tersebut.
Baca Juga: Rupiah masih menguat 0,09% di level Rp 14.025 per dolar AS
Hasan mengklaim, indeks-indeks yang baru dikeluarkan sudah tradeable dan investable. Bukan sekadar sebagai benchmark untuk riset saja tapi juga digunakan untuk pedoman investasi. Diharapkan indeks tersebut dan indeks hijau mampu meningkatkan likuiditas underlying. Karena kalau indeks tersebut digunakan untuk investasi, saham-sahamnya harus diperjualbelikan.
Orientasi bursa pada pengembangan indeks baru diakui Hasan seterusnya akan seperti itu. Sebelum membuat indeks baru, BEI akan memastikan kebutuhan pasar, bukan hanya sembarangan menambah indeks baru.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News