kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Begini strategi Garuda Indonesia (GIAA) memangkas kerugian di tengah pandemi


Kamis, 04 Maret 2021 / 13:35 WIB
Begini strategi Garuda Indonesia (GIAA) memangkas kerugian di tengah pandemi
ILUSTRASI. Pandemi Covid-19 menyebabkan maskapai penerbangan mencetak penurunan kinerja, termasuk Garuda Indonesia (GIAA).


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 menyebabkan maskapai penerbangan mencetak penurunan kinerja. Guna mencegah kerugian yang lebih dalam, PT Garuda Indonesia Persero Tbk (GIAA) terus berupaya untuk melakukan efisiensi.

Salah satunya GIAA melakukan negosiasi dengan sejumlah perusahaan sewa pesawat atau lessor yang sudah dilakukan sejak tahun lalu. Tak hanya negosiasi dalam menurunkan tarif sewa, emiten ini juga berupaya untuk mengembalikan pesawat yang tidak sesuai dengan spesifikasi.

Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkapkan, sewa pesawat merupakan salah satu komponen terbesar biaya yang harus dikeluarkan. Pada bulan lalu, GIAA mengembalikan 12 pesawat Bombardier CRJ 1.000 kepada pihak leasing, yakni Nordict Aviation Capital (NAC) yang jatuh temponya pada 2027 mendatang.

Irfan mengaku, sebelum pengembalian pesawat Bombardier GIAA sudah berhasil menurunkan hampir US$ 15 juta per bulan untuk sewa pesawat atau sekitar US$ 170 juta per tahun. “Ini artinya kalau kondisinya membaik seperti tahun 2019 semestinya perusahaan ini dengan mudah bisa untung Rp 2 triliun hingga Rp 3 triliun,” ungkap Irfan, Kamis (4/3).

Baca Juga: Harga minyak dunia naik, ini respons Garuda Indonesia (GIAA)

Sebelum memasuki pandemi Covid-19 yakni pada tahun 2018 Garuda juga masih menanggung rugi hingga US$ 231,13 juta. Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2020, Garuda Indonesia mencetak rugi bersih sebesar US$ 1,07 miliar. Posisi tersebut berbanding terbalik ketimbang catatan pada kuartal ketiga 2019 yang mana GIAA meraup laba bersih US$ 122,42 juta.

Saat ini, GIAA tengah fokus untuk meningkatkan pendapatan dari semua lini baik itu penumpang, kargo, dan lainnya. Selain terus mengutamakan kenyamanan dan keselamatan penumpang, sambungnya, emiten pelat merah ini juga terus menggenjot pendapatan dari bisnis angkutan kargo. “Bisnis angkutan kargo yang salah satu yang kami dorong terus, tanpa melupakan bisnis yang lain,” imbuh Irfan.

Irfan menambahkan, di tengah pandemi bisnis kargo memiliki prospek yang sangat baik. Sebagai inforamsi, GIAA telah menambah dua armada untuk pengangkutan kargo.

Baca Juga: Punya ekuitas negatif, ini rekomendasi saham GIAA dan AISA

Berdasarkan catatan Kontan, Garuda Indonesia berhasil mencatatkan pertumbuhan kargo sebesar 12,2% pada November 2020 ketimbang dari Oktober 2020 lalu menjadi 24.600 ton angkutan kargo. Emiten BUMN juga terus memperkuat jaringan penerbangan kargo internasional dalam mendukung sistem logistik nasional khususnya terkait komoditas ekspor unggulan Indonesia.

Adapun sebelumnya bisnis angkutan kargo ini berkontribusi sebesar 10% terhadap pendapatan GIAA. “Hari ini dalam kondisi tidak normal, ada dimana masa kargo itu menyumbang pendapatan lebih dari 50% dalam sebulan. Dalam kondisi normal selanjutnya, kami targetkan bisnis kargo bisa menyumbang 30% atau 40%,” pungkas Irfan.

Selanjutnya: Data terbaru, BEI sebut ada sekitar 32 perusahaan tercatat memiliki ekuitas negatif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×