Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan harga komoditas batubara turut membebani emiten semen. Sebab, emiten semen menggunakan batubara sebagai sumber bahan bakar utama.
Sejumlah emiten semen pun telah melakukan langkah-langkah untuk menyiasati kenaikan harga batubara. PT Cemindo Gemilang Tbk (CMNT) misalnya, memaksimalkan utilisasi Waste Heat Recovery Systems dengan kapasitas 2x15 megawatt (MW) di pabrik terintegrasi Bayah, Indonesia dan 13MW di pabrik terintegrasi Trang Kenh, Vietnam. CMNT juga meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif
"CMNT juga memiliki pembangkit listrik captive di pabrik terintegrasi Bayah. Tergantung pada harga batubara, kami memiliki fleksibilitas untuk mengombinasikan sumber listrik dari pembangkit listrik captive maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) dengan pertimbangan efisiensi biaya," terang Junarto Agung, Head of Investor Relations Cemindo Gemilang kepada Kontan.co.id belum lama ini.
Agung menilai, kebijakan pemerintah memberikan harga khusus atau domestic market obligation (DMO) untuk industri semen sangat membantu di tengah melejitnya harga batubara.
Baca Juga: Jurus Jitu Indocement (INTP) Menyiasati Kenaikan Harga Komoditas Energi
Saat ini, CMNT sedang dalam tahap lanjutan untuk memperoleh batubara yang diperlukan melalui skema DMO yang dimandatkan pemerintah. Agung mengaku, pihaknya berhasil memperoleh batubara berkat dukungan Pemerintah dan Asosiasi.
Saat ini, CMNT berfokus untuk utilisasi batubara dengan kalori rendah, serta proaktif untuk terus meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif. CMNT juga mengharapkan dukungan Pemerintah ke depannya untuk terus mendukung keberlangsungan industri dalam negeri, utamanya industri strategis seperti semen.
"Kami berharap Pemerintah dapat mengawal implementasi dari Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 206.K/HK.02/MEM.B/2021 oleh para produsen batubara," pungkas Agung.
Untuk menekan biaya, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) telah meningkatkan konsumsi bahan bakar alternatif dari semula 9,3% pada 2020 menjadi 12,2% pada 2021. Produsen semen merek Tiga Roda ini juga melakukan peningkatan penggunaan batubara kolori rendah atau low calorific value (LCV) dari semula 80% menjadi 88%.
"Untuk tahun 2022 kami mencoba menaikkan penggunaan bahan bakar alternatif sebesar 2%-4% untuk memitigasi kenaikan harga batubara terhadap biaya energi, terang Christian Kartawijaya, Direktur Utama Indocement, Jumat (25/3). Dia juga berharap penyaluran batubara DMO akan berlaku adil bagi semua pemain semen untuk menciptakan persaingan yang sehat.
Selain itu, INTP juga melakukan pengendalian biaya tetap seperti belanja modal atau capital expenditure (capex) untuk menghadapi kenaikan biaya energi.
INTP juga memanfaatkan fasilitas refused derived fuel (RDF) sebagai bahan bakar alternatif. Ditambah, INTP juga tengah gencar memperkenalkan semen hidrolik atau semen hijau yang lebih ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi CO2.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News