kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45928,35   -6,99   -0.75%
  • EMAS1.321.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Begini proyeksi IHSG di tengah sentimen pengetatan PPKM mikro dan lonjakan Covid-19


Senin, 21 Juni 2021 / 15:35 WIB
Begini proyeksi IHSG di tengah sentimen pengetatan PPKM mikro dan lonjakan Covid-19
ILUSTRASI. Karyawan melintas di dekat layar monitor pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Galih Pradipta/wsj.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kasus Covid-19 kembali melonjak pasca Lebaran. Pada Minggu (20/6), tercatat sebanyak 13.737 kasus positif Covid-19 di Tanah Air. Dengan demikian, hingga saat ini sudah sebanyak 1.989.909 kasus positif corona di Indonesia.

Kondisi ini berdampak terhadap pasar saham dalam negeri. Ferry Latuhihin, Chief Economist Tanamduit menilai, sebenarnya dari segi persentase, kasus Covid-19 di tanah air masih kecil dibandingkan dengan keseluruhan jumlah penduduk. Akan tetapi, lonjakan kasusnya memang cukup memprihatinkan.

Dia menyebut, sejumlah instansi sudah mulai mengantisipasi lonjakan kasus penularan, seperti misal imbauan ASN untuk melakukan kerja dari rumah (WFH). Sejumlah daerah juga mulai memperketat kegiatan masyarakat.

Kondisi ini membuat pasar saham mendapat tekanan. Pasar mengantisipasi apakah pemerintah akan melakukan lockdown secara keseluruhan, atau  hanya di daerah atau lokasi tertentu saja yang kasusnya cukup tinggi.

Baca Juga: IHSG melemah 0,18% ke 5.996 di perdagangan Senin (21/6), asing beli SMMA, BBNI, BBRI

“Minggu ini mudah-mudahan ada perkembangan positif dari angka penularan corona, jadi pemerintah tidak usah  melakukan lockdown. Ekonomi bisa sesuai proyeksi, karena adanya efek basis yang rendah (low base),” terang Ferry dalam acara market outlook Tanamduit, Senin  (21/6).

Jika pemerintah berencana melakukan lockdown, Ferry mengatakan hal ini harus dilihat dari sisi skenario dan juga durasi. Jika pemerintah melakukan lockdown selama dua pekan, dampaknya ke aktivitas ekonomi dinilai cukup besar. Peluang untuk menangkap pertumbuhan ekonomi pun cukup lambat. 

Namun dalam jangka panjang, berkurangnya kasus Covid-19 akan membuat pertumbuhan ekonomi domestik akan kembali ke tren nya, yakni di kisaran 5%.

“Namun saya belum melihat sinyal untuk lockdown,  Memang skala pembatasan sosialnya masih mikro. Dan (pengetatan pembatasan yang diterapkan) pun cocoknya yang tergantung lokasi,” sambung dia. 

Sebab, terdapat trade off cost jika memang pemerintah jadi melakukan lockdown. Masyarakat kelas bawah dinilai paling rentan terkena dampaknya.

Dari sisi eksternal, Ferry menilai  bank sentral Amerika Serikat dinilai tidak akan melakukan kebijakan tapering hingga 2023. Setidaknya, saat ini angka pengangguran di Negeri Paman Sam tersebut masih di level 5,8%, masih jauh dari target yakni 3,5%.  

Selain itu, terdapat kemungkinan The Fed untuk menaikkan target inflasi. Ditambah, rezim Joe Biden akan menganggarkan pengeluaran yang cukup besar untuk sektor infrastruktur, yang dinilai akan cukup mengangkat produktivitas ekonomi.

Rio Rinaldo Mulya, Senior Equity Fund Manager Eastspring Investments Indonesia menilai, ledakan kasus positif Covid-19 tidak terlalu berdampak bagi pasar saham.  
Buktinya, jika memang pasar benar-benar panik dan banyak aksi jual, kemungkinan indeks bisa jatuh hingga 5% dalam satu perdagangan.

“Seller (penjual) ada, tetapi sudah  tidak banyak, lebih banyak yang  beli dibanding jualnya,” terang Rio.

Baca Juga: IHSG turun 0,72% ke 5.963 di akhir perdagangan sesi I, Senin (21/6)

Secara jangka pendek, seperti satu sampai tiga bulan, pasar memang cukup volatile. Namun, ini menjadi kesempatan yang baik untuk masuk ke pasar saham. Toh, dalam jangka panjang, IPO perusahaan teknologi akan menjadi  game changer sehingga pasar saham akan  menjadi lebih positif.

Ferry masih pede IHSG akan tembus level 7.000, atau paling tidak di level 6.800 hingga akhir tahun ini. Namun, dia masih akan mencermati sejumlah data ekonomi dan fundamental di kuartal kedua, seperti data pertumbuhan gross domestik produk (GDP) serta perkembangan angka corona khususnya di pekan ini. 

Sementara itu, meski tidak membuat proyeksi pribadi, Rio menilai secara rata-rata sejumlah broker menargetkan IHSG berada di level 6.300-6.700 hingga tutup tahun ini. 
“Ini artinya market masih bullish. Tercapai atau tidaknya target ini tergantung kapan corona selesai, serta sektor teknologi bisa melantai di bursa,” pungkas dia.

Selanjutnya: Prediksi IHSG hari Senin (21/6) melemah, ini 5 saham yang berpeluang beri cuan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×