kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.200   59,45   0,83%
  • KOMPAS100 1.107   11,93   1,09%
  • LQ45 878   11,94   1,38%
  • ISSI 221   1,25   0,57%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,59   1,05%
  • IDX80 127   1,36   1,08%
  • IDXV30 135   0,76   0,57%
  • IDXQ30 149   1,76   1,20%

Begini peluang investasi di pasar saham dan obligasi pada tahun 2022


Rabu, 08 Desember 2021 / 07:10 WIB
 Begini peluang investasi di pasar saham dan obligasi pada tahun 2022


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pergantian tahun, sejumlah investor mulai membenahi portofolio investasinya guna meraup untung di tahun depan. Namun, pemulihan ekonomi yang tidak merata di seluruh dunia membuat pelaku pasar kesulitan mengisi portofolionya.

Meskipun tingkat pemulihan ekonomi di berbagai negara tidak merata, secara umum PT BNP Paribas Asset Managament (BNP Paribas) menilai baik pasar domestik maupun pasar global mengalami hal yang sama.

Dari data ekonomi global, terlihat secara umum bahwa dunia secara perlahan menuju kondisi yang lebih normal. Namun di sisi lain, juga muncul tantangan baru sebagai akibat dari konsekuensi pembukaan ekonomi. Pembukaan kegiatan ekonomi secara hampir bersamaan di negara maju, dari yang sebelumnya stagnan, telah mengakibatkan adanya ketidakseimbangan.

Direktur & Head of Fixed Income BNP Paribas AM Djumala Sutedja menjelaskan, persiapan pembukaan ekonomi yang terjadi saat ini mendorong permintaan atau demand yang sangat besar, tapi suplainya relatif lambat dalam melakukan penyesuaian.

"Di saat yang sama tingkat likuiditas global masih tinggi, sehingga dampaknya adalah kenaikan harga-harga komoditas, baik itu makanan maupun energi, yang pada akhirnya berujung pada inflasi yang tinggi," kata Djumala dalam keterangan resmi Kontan.co.id, Selasa (7/12).

Baca Juga: Ini kata Infovesta soal efek window dressing bagi reksadana saham dan campuran

Lebih lanjut, dia juga menyebut kebijakan tapering oleh Federal Reserve, yang tengah menjadi fokus perhatian pasar saat ini diperkirakan tidak akan membawa dampak yang terlalu signifikan pada pasar domestik.

Menurutnya, volatilitas pasar akan selalu ada. Namun, melihat kondisi fundamental pertumbuhan Indonesia yang cukup kuat saat ini, ia optimistis Indonesia dalam posisi yang siap menghadapi tapering yang akan berlangsung hingga pertengahan tahun 2022 nanti.

Menanggapi dampak tapering terhadap arus kepemilikan asing di Indonesia, Djumala juga melihat sentimennya pun cenderung lebih baik. Ia menerangkan minat asing untuk berinvestasi di pasar negara berkembang memang masih selektif.

Net inflow lebih banyak terlihat pada negara-negara yang dinilai mampu mengendalikan pandemi Covid-19 yang lebih baik dan tingkat vaksinasi yang tinggi.

Sementara itu per 5 November 2021, Indonesia tercatat masuk dalam kelompok negara-negara yang dianggap mampu mengendalikan penyebaran infeksi Covid-19, sebagaimana diukur dari Reproduction Rate-nya yang stabil berada di bawah angka 11.

Lebih lanjut, BNP Paribas AM menilai kondisi pasar saat ini mendukung kinerja pasar obligasi Indonesia ke depannya.

“Kami melihat adanya perbedaan sensitivitas antara obligasi IDR dan USD terhadap dinamika pasar dari global. Obligasi berdenominasi rupiah dalam hal ini less sensitive terhadap gejolak di luar negeri karena lebih banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor domestik yang sangat favourable," imbuhnya

Senada dengan outlook pasar obligasi, BNP Paribas AM menilai kelas aset saham juga memiliki potensi yang positif. Kondisi faktor fundamental yang cukup baik mendukung prospek pasar saham ke arah yang positif, dan hal ini juga terlihat dari telah kembalinya investor asing ke Indonesia secara perlahan.

Selama nilai tukar rupiah stabil dan earnings growth sejalan dengan ekspektasi pasar, potensi arus kepemilikan asing untuk terus masuk ke pasar saham Indonesia masih tetap ada. Namun, pemilihan saham menjadi kunci penting untuk menghasilkan outperformance.

Baca Juga: Imbal hasil reksadana pasar uang pada tahun 2022 diprediksi sebesar 3,5%

Dengan semakin melebarnya perbedaan antara Producer Price Index (PPI) dan Consumer Price Index (CPI), banyak perusahaan dapat mengalami penurunan tingkat marjin. Dalam hal ini, kemampuan perusahaan untuk meneruskan kenaikan harga pada konsumen juga menjadi hal yang penting untuk diperhatikan.

Untuk menangkap peluang investasi yang relevan dengan kondisi saat ini, Djumala menegaskan BNP Paribas AM tengah menyiapkan solusi investasi yang inovatif baik bagi nasabah institusi maupun ritel.

Sementara dari segi pengaturan portofolio, pihaknya percaya kombinasi yang seimbang antara old economy dan new economy akan memberikan potensi hasil investasi yang lebih sustainable.

Ia bilang, sektor-sektor old economy membantu memberikan safety atau dukungan secara fundamental. Sementara new economy dapat memberikan nilai tambah dari segi story atau cerita pertumbuhan ke depannya meskipun risikonya terhadap earnings juga lebih tinggi.  

"Penyusunan investasi yang kami siapkan di tahun depan diarahkan untuk membantu investor menyeimbangkan kedua hal tersebut,” pungkas Djumala.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×