Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Bisnis PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) kian berkembang. Bank yang identik dengan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) ini melebarkan sayap ke sektor agrobisnis dengan mengakuisisi PT Bank Agroniaga Tbk (AGRO).
Akuisisi atas 88,65% saham AGRO ini sudah tuntas pada bulan Maret lalu. Selanjutnya, BBRI akan menyasar UMKM yang bergerak di agrobisnis.
Tapi, analis Sinarmas Securities Jansen Kustianto memperkirakan, akuisisi AGRO tidak akan berdampak besar bagi kinerja BBRI. "Cabang yang dimiliki AGRO hanya 100-200 unit. Dalam setahun, BBRI sendiri bisa membuka cabang sebanyak itu," ujarnya, Kamis (19/5).
Aset AGRO pun terbilang mini. Per 31 Maret 2011 lalu, aset bank ini cuma Rp 3,41 triliun. Ini setara dengan 0,91% aset BBRI. Non performing loan (NPL) AGRO pun 9%, lebih tinggi dari NPL BBRI.
Kendati demikian, Jansen menilai, AGRO masih sehat. Loan to deposit ration (LDR) AGRO masih di bawah 100%. "Di bawah BBRI, performa AGRO bisa lebih baik karena ada support dari sisi permodalan, jaringan, dan tenaga ahli," kata Jansen.
Persaingan ketat
Akuisisi AGRO juga memungkinkan BBRI lebih efisien dalam berekspansi. Jansen menilai, dibanding membuka unit agrobisnis sendiri, BBRI lebih baik mengakuisisi bank yang sudah ada.
Tapi, ini bukan berarti BBRI bisa melenggang santai dalam berbisnis. Analis Ciptadana Securities Syaiful Adrian melihat persaingan di segmen UMKM makin ketat, terutama setelah Bank Mandiri mengumumkan niatnya masuk ke segmen ini.
Net interest margin (NIM) BBRI tahun ini ia perkirakan bakal susut 0,5%. "Karena persaingan ketat, kami tidak melihat alasan BBRI mempertahankan margin tinggi," tulis Syaiful dalam risetnya.
Selain itu, di kuartal satu 2011, NPL BBRI naik menjadi 3,05%. Namun, analis Samuel Sekuritas Joseph Pangaribuan menilai, tingkat NPL tersebut masih terkontrol. Joseph mencatat, kredit macet terbanyak terjadi di segmen kredit skala kecil dan komersial karena kesalahan manajerial.
Toh, para analis yakin, kinerja BBRI akan tumbuh tahun ini. Joseph menghitung price to book value (PBV) saham ini di 2011 akan mencapai 3,8 kali. PBV ini lebih tinggi dari rata-rata PBV sektor perbankan sebesar 2,8 kali.
Di kuartal I-2011 lalu, BBRI mencatat pendapatan bunga bersih Rp 8,17 triliun, naik sekitar 21,9% dari pendapatan bunga bersih di periode yang sama tahun lalu. Laba bersih BBRI juga naik lebih dari 50% menjadi Rp 3,26 triliun.
Syaiful memprediksi, pendapatan bunga bersih BBRI sepanjang tahun ini bisa mencapai Rp 35,71 triliun. Sedang laba bersih BBRI bisa mencapai Rp 14,16 triliun.
Tapi analis Mandiri Sekuritas Made Suardhini meramal pertumbuhan BBRI tidak akan sedahsyat tahun lalu lantaran LDR sudah tinggi. Ia memprediksi, laba bersih BBRI di 2011 Rp 11,76 triliun.
Syaiful dan Joseph sepakat merekomendasikan buy untuk BBRI. Target harga versi Syaiful dan Joseph masing-masing Rp 7.900 per saham dan Rp 7.600 per saham.
Made memasang rekomendasi netral dengan target harga Rp 6.750 per saham. BBRI, kemarin, menguat 3,15% menjadi Rp 6.550 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News