CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

BBM bakal tekan INDF sementara


Kamis, 20 November 2014 / 07:00 WIB
BBM bakal tekan INDF sementara
ILUSTRASI. Obat asam lambung alami.


Reporter: Annisa Aninditya Wibawa | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Pemerintah resmi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. Yakni harga premium naik Rp 2.000 per liter menjadi Rp 8.500 dan harga solar naik Rp 1.500 per liter menjadi Rp 7.500. Ini tentu bakal mengerek upah buruh di tahun depan. Para analis menilai, kondisi ini bisa menggoyangkan kinerja PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF).

Analis Samuel Sekuritas Tiesha Putri mengatakan, meningkatnya harga BBM bersubsidi akan mempengaruhi biaya distribusi perusahaan dan volume permintaan masyarakat. Sebab menurut dia, kinerja INDF akan terpengaruh pada anak usaha PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Bogasari Sentra Flour Mills.

Analis AM Capital Carrel Mulyana menambahkan, ICBP merupakan penopang terbesar dengan kontribusi 42,7% sampai 42,8% terhadap pendapatan INDF. Tiesha menyebut Bogasari berkontribusi 27% terhadap pendapatan INDF.

Sedangkan, analis BNI Securities Ankga Adiwirasta menilai kenaikan harga BBM tak akan terlalu mempengaruhi kinerja INDF. Pasalnya, biaya transportasi hanya berkontribusi 3%-4% terhadap beban perusahaan. Hitungan Carrel biaya transportasi INDF mencapai 2,5% terhadap penjualan.

Masalah INDF kian berat lantaran daya beli masyarakat bakal menurun. "Pengaruhnya terhadap permintaan. Daya beli masyarakat sedikit berkurang karena naiknya inflasi,"  kata Carrel.

Dampak kenaikan inflasi karena meningkatnya harga BBM dianggap Ankga hanya akan mengganggu kinerja INDF tiga bulan pertama ini.

Apalagi Bank Indonesia (BI) telah mengerek suku bunga acuan 25 basis poin diharapkan bisa menjaga inflasi agar tak melambung terlalu tinggi. Tiesha bilang, penjualan INDF sejatinya sedikit melambat. Apalagi ditambah dengan naiknya harga BBM. Menurutnya, ini akan semakin menghambat laju kinerja INDF.

Meski begitu Carrel yakin, INDF bisa menyiasatinya dengan menaikkan harga. INDF menurut dia juga bisa mempunyai diversifikasi bisnis ke sektor perkebunan dan lain-lain. Kalau menurut Herman Koeswanto, Analis Mandiri Sekuritas dalam riset 3 November 2014, harga CPO yang melemah justru membuat potensi bisnis perkebunan memburuk. Apalagi menurut dia, bisnis China Minzhong ikut melambat. "Ke depan, INDF juga akan diimbangi dengan penjualan minuman bermerek," ujar dia.

Ankga menambahkan, INDF  juga diuntungkan menurunnya harga gandum.

Herman memproyeksikan, pendapatan INDF bisa mencapai Rp 10,67 triliun dari Rp 8,39 triliun di 2013. Sedangkan di tahun depan pendapatan INDF bisa menjadi Rp 12,91 triliun. Laba bersih INDF juga diproyeksi akan meningkat menjadi Rp 3,92 triliun di tahun ini dan menjadi Rp 5,09 triliun di 2015. Angka ini naik dari laba 2013 Rp 2,5 triliun.

Carrel dan Ankga menyarankan beli dengan target masing-masing di Rp 8.200 dan Rp 7.600. Sedangkan Tiesha merekomendasikan hold di Rp 7.700. Harga INDF ditutup stagnan di Rp 6.650 pada Rabu (19/11).     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×