kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.333.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Batubara tergeser gas alam


Kamis, 17 Maret 2016 / 20:03 WIB
Batubara tergeser gas alam


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Semakin murahnya harga gas alam mengancam permintaan batubara. Era industri batubara diperkirakan akan segera berakhir seiring dengan kebangkrutan perusahaan produsen batubara.

Mengutip Bloomberg, Rabu (16/3) harga batubara kontrak pengiriman Mei 2016 di ICE Future Exchange naik 0,2% ke level 50,15 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Tetapi dalam sepekan terakhir harga batubara tergerus 0,59%.

Direktur Utama PT Garuda Berjangka, Ibrahim mengatakan, harga batubara masih dibayangi kondisi oversupply. Permintaan batubara terus melemah, tak hanya disebabkan oleh perlambatan ekonomi, tetapi juga beralihnya penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara ke gas alam.

Harga gas alam sudah jatuh hingga 88% dari level tertingginya sehingga terus mengikis permintaan batubara di Amerika Serikat. Energy Information Administration (EIA) menyatakan, tahun ini akan menjadi kali pertama sejak 1949 gas alam menjadi sumber utama pasokan listrik AS.

Ibrahim mengatakan, permintaan gas alam akan terus meningkat selama harga berada di bawah US$ 2 per mmbtu. Di samping itu, batubara juga digeser oleh pembangkit sumber listrik lain yang ramah lingkungan mulai dari tenaga angin hingga tenaga surya.

Tekanan pada harga batubara membuat perusahaan besar mulai merugi bahkan terancam bangkrut. Ancaman terebut sampai pada perusahaan batubara terbesar AS yakni Peabody Energy Corp. Pekan lalu, Peabody mengatakan perlu untuk mengajukan kebangkrutan, bergabung dengan perusahaan saingannya yakni Alpha Natural Resources Inc. dan Arch Coal Inc.

Peabody berada di ambang kebangkrutan setelah terlilit utang hingga US$ 6,3 miliar. Hal ini juga dilihat sebagai sinyal berakhirnya era perusahaan batubara.

Sebelumnya, banyak analis yang menilai Peabody akan menjadi perusahaan yang masih bisa bertahan di tengah tekanan harga komoditas. Pasalnya, perusahaan yang sudah berumur 133 tahun itu memiliki banyak tambang batubara dari Illinois hingga Australia.

Dalam dua tahun terakhir, sedikitnya ada enam perusahaan batubara AS yang telah mengajukan kebangkrutan, dengan total restrukturisasi utang mencapai US$ 23 miliar.

Di sisi lain, AS terus meningkatkan produksi gas alam di tahun 2015. Sedangkan produksi batubara jatuh ke level terendah dalam beberapa dekade. Saat ini batubara hanya menguasai 28% dari total pembangkit listrik di AS, turun lebih dari 50% jika dibanding sembilan tahun lalu.

Matt Preston, Direktur Riset pasar batubara thermal Amerika Utara di Annapolis mengatakan, batubara akan memperoleh pangsa pasar kembali jika harga gas alam kembali ke level US$ 3 per mmbtu. "Biasanya harga gas tidak kompetitif sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan," ujarnya seperti dikutip Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×