kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Batubara memanas jelang musim dingin


Selasa, 25 Oktober 2016 / 08:52 WIB
Batubara memanas jelang musim dingin


Reporter: Petrus Sian Edvansa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Batubara masih terus melesat setelah mencetak rekor harga baru pekan lalu. Mengutip Bloomberg, Jumat (21/10), harga batubara kontrak pengiriman Desember 2016 di ICE Futures Exchange terbang 3,59% menjadi US$ 93,75 per metrik ton. Dalam sepekan pun harganya berhasil menanjak 7,39%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menilai, harga batubara naik makin tinggi lantaran musim dingin yang semakin dekat. Kebutuhan global terhadap sumber energi seperti batubara untuk pemanas kembali naik.

"India, Amerika Serikat (AS) dan Eropa membutuhkan cadangan batubara yang cukup banyak. Ini membuat ekspor batubara Australia meningkat," jelas Ibrahim.

Ibrahim optimistis dalam tiga minggu ke depan, negara-negara importir yang menghadapi musim dingin akan meningkatkan stok batubaranya. China pun diprediksi akan kembali mengerek impor batubara untuk bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Selain untuk penghangat di musim dingin, China juga butuh batubara untuk pembakaran logam industrinya," jelas Ibrahim.

Meski harga cenderung bergerak naik, batubara masih menghadapi sentimen negatif. Data impor batubara di China September lalu ternyata merosot. Impor batubara kokas ke Negeri Tirai Bambu ini anjlok 14% jika dibandingkan dengan realisasi di bulan sebelumnya.

Laporan Kantor Administrasi Umum Bea dan Cukai China mencatat, pembelian batubara kokas di negara tersebut pada September lalu hanya 5,56 juta metrik ton. Padahal di Agustus pembelian mencapai 6,49 juta metrik ton.

Data ekonomi dari Negeri Panda ini juga kurang menggembirakan. Pekan lalu Biro Statistik Nasional China mencatat indeks produksi industri di September cuma tumbuh 6,1%. Ini jauh lebih kecil ketimbang prediksi ekonom, yakni tumbuh 6,4%.

Di periode yang sama tahun sebelumnya, produksi industri naik 6,3%. Terdongkrak Prancis Meski begitu, Ibrahim memprediksi, harga batubara ke depan masih berpotensi menguat. Cuma, data-data ekonomi global bakal tetap mempengaruhi harga komoditas energi ini. Misal data penjualan rumah baru di AS. Penjualan rumah baru di Negeri Paman Sam pada September lalu diprediksikan turun dari bulan sebelumnya menjadi 601.000 unit.

"Ini akan membuat indeks dollar AS melemah dan harga komoditas, termasuk batubara, bisa kembali menguat," katanya.

Analis Asia Tradepoint Futures Deddy Yusuf Siregar menyebut, kenaikan harga batubara akan terpicu penutupan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Prancis untuk sementara waktu.

"Karena penutupan ini, permintaan batubara di Prancis akan meningkat dan mampu mendongkrak harga," jelas dia.

Terlebih penggunaan batubara sebagai bahan bakar masih banyak dijumpai paling tidak hingga 2020. Jepang dan Korea Selatan adalah beberapa negara yang sedang giat membangun PLTU anyar.

Secara teknikal, indikator masih menunjukkan potensi penguatan harga. MA berada 40% di atas bollinger bawah yang mengindikasikan potensi penguatan. Indikator stochastic dan relative strength index sama-sama berada di area 65. Tapi, MACD menunjuk area negatif.

Hari ini (25/10), Ibrahim memprediksi batubara akan melemah dan bergerak di kisaran US$ 89,50-US$ 91,60 per metrik ton. Tapi, sepekan ke depan, Deddy menilai harga batubara akan bergerak di antara US$ 93,50-US$ 98,80 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×