kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.284.000   34.000   1,51%
  • USD/IDR 16.595   -40,00   -0,24%
  • IDX 8.169   29,39   0,36%
  • KOMPAS100 1.115   -0,85   -0,08%
  • LQ45 785   2,96   0,38%
  • ISSI 288   0,88   0,31%
  • IDX30 412   1,48   0,36%
  • IDXHIDIV20 463   -0,53   -0,11%
  • IDX80 123   -0,09   -0,07%
  • IDXV30 132   -1,13   -0,85%
  • IDXQ30 129   -0,13   -0,10%

BATR kembali cari pinjaman US$ 500 juta


Rabu, 12 Oktober 2011 / 22:10 WIB
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengikuti pertemuan KTT G20 tahun 2020 secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, 22 November 2020.


Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. PT Bukit Asam Transpacific Railway (BATR) tengah menjajaki pinjaman perbankan asing senilai US$ 500 juta. Dana pinjaman itu guna menutupi kebutuhan dana proyek pembangunan kereta api yang membentang dari Bangko Tengah, Tanjung Enim, Sumatra Selatan hingga Srengsem, Lampung.

"Total nilai proyek kan US$ 1,8 miliar dan kami sudah dapat komitmen pinjaman dari empat kreditur asal China untuk EPC-nya yaitu US$ 1,3 miliar. Nah, sekarang kita juga jajaki pinjaman lain untuk sisanya kira-kira yah US$ 500 juta," jelas Chief Executive Officer (CEO) BATR Rudiantara di Jakarta, Rabu (12/10).

BATR sendiri memang sudah mendapatkan komitmen dari empat kreditur asal negeri Tirai Bambu tersebut yaitu China yaitu Bank of China, China Development Bank, China Exim dan ICBC. Keempatnya akan mendanai untuk proyek EPC di BATR yang nilainya mencapai US$ 1,3 miliar. Namun keempatnya hanya akan membiayai 85% porsi dari total nilai proyek EPC tersebut yaitu US$ 1,1 juta. Sisanya nilai proyek EPC akan diambil dari equitas perusahaan.

Nah, karena proyek EPC sudah mendapatkan dana, sisa dana sebesar US$ 500 juta yang diluar proyek EPC ini yang akan dicarikan dari pinjaman. "Yang kami dekati adalah perbankan asing. Masih dari China lagi karena kan mereka yang punya uang," tambah Rudiantara.

Sayangnya, hingga saat ini, mekanisme pembiayaan untuk mega proyek tersebut masih terkendala akibat belum jelas nasib anak usaha bentukan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yaitu PT Bukit Asam Bangko (BAB). "Kita belum akan final closing jika BAB belum jelas," ungkap Rudiantara.

Dalam BATR sendiri, PTBA hanya menguasai 10% sedangkan sisanya dimiliki oleh Rajawali Asia Resources (RAR) yang merupakan anak usuha Grup Rajawali. Mengenai keinginan perusahaan pelat merah tersebut menambah kepemilikannya di BATR menjadi 30%, Rudiantara menyambut baik hal tersebut. "Kami sudah bicara, tapi untuk eksekusinya memang belum dilaksanakan," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×