Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Tekanan pasar saham memicu manajer investasi menerbitkan produk konservatif. PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), salah satunya yang berencana menerbitkan mayoritas produk pendapatan tetap.
Presiden Direktur BPAM Lilis Setiadi mengatakan, pihaknya berencana menerbitkan 20 produk anyar sepanjang tahun ini. Dari jumlah tersebut sekitar 16 produk berupa reksadana jenis pendapatan tetap tertutup atau terproteksi. Sisanya merupakan open end, yakni dua reksadana pendapatan tetap dan dua reksadana pasar uang.
"Sedangkan untuk produk yang sudah kami luncurkan berjumlah 12 produk. Dimana, sekitar 10 produk merupakan terproteksi, sisanya pasar uang dan pendapatan tetap," kata Lilis, Jakarta, selasa (16/6).
Lilis mengaku tahun ini pihaknya memang tak membidik penerbitan reksadana agresif seperti saham. Selain karena sudah memiliki produk open end secara komplet, kondisi pasar saham yang fluktuatif juga menjadi salah satu alasannya. "Sebenarnya kami belum memiliki reksadana tematik saham. Namun dengan kondisi pasar saat ini, aset dasar reksadana tematik memiliki likuiditas terbatas," ujar Lilis.
Hingga akhir Mei 2015, total dana kelolaan BPAM naik 25% menjadi Rp 19,9 triliun dibandingkan akhir tahun lalu yang sekitar 15,85 triliun. Mayoritas dana kelolaan per Mei 2015 atau sekitar 55% merupakan reksadana pendapatan tetap dan terproteksi. Sedangkan sisanya sekitar 25% merupakan reksadana saham dan 20% merupakan reksadana pasar uang. "Akhir tahun ini kami menargetkan total dana kelolaan Rp 23 triliun," ujar Lilis.
Agung Budiono, Chief Investment Officer BPAM mengatakan dua reksadana pendapatan tetap anyar akan membidik aset dasar obligasi korporasi. Langkah tersebut untuk menekan risiko kenaikan yield pada surat utang pemerintah.
Menurut dia, BPAM akan mengambil obligasi dengan rating minimal AA. "Dengan rating tersebut, obligasi memiliki likuiditas bagus serta potensi kredit gagal masih jauh," tutur dia.
Selain itu, obligasi korporasi juga memiliki kupon yang lebih tinggi ketimbang obligasi pemerintah. Sehingga, bisa membagikan return menarik bagi investor. "Untuk produk kami berbasis obligasi korporasi yang eksisting saja memberikan rata-rata return 9% hingga 10%," tutur dia. Adapun untuk sektor obligasi, perusahaan berencana masuk ke multifinance.
Sementara itu, analis Infovesta Utama Praska Putrantyo memprediksi kinerja rata-rata reksa dana pendapatan tetap atau infovesta fixed income funds index sepanjang 2015 di kisaran 6,38% hingga 7,10%. Prospek reksadana pendapatan tetap dipengaruhi oleh kondisi makroekonomi domestik, seperti inflasi, nilai tukar serta pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan menunjukkan perbaikan di semester II tahun ini.
"Kendati demikian, masih dibayangi oleh ketidakpastian kebijakan moneter dari bank sentral AS, the Fed, serta masalah krisis utang Yunani yang dapat memicu kenaikan imbal hasil obligasi global," kata Praska.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News