Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah melalui tahun yang sulit pada 2020 kemarin, dunia investasi diperkirakan akan memiliki outlook yang lebih baik pada tahun ini. Faktor utama pendorongnya disebut dari proses aktivitas ekonomi yang perlahan mulai pulih.
Direktur Utama Batavia Prosperindo Asset Management Lilis Setiadi optimistis tahun ini kondisi makro ekonomi Indonesia akan mengalami perbaikan ditopang oleh geliat perekonomian yang mulai menunjukkan pemulihan sejak paruh kedua tahun lalu. Dengan adanya pemulihan ini, Lilis memperkirakan inflasi Indonesia pada 2021 akan ada di kisaran 2,5%-3% dan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 4%-5%.
Tak hanya ditopang pemulihan ekonomi, Lilis juga menambahkan kebijakan makro dan fiskal di berbagai negara yang masih akan akomodatif turut menjadi katalis positif. Pasalnya, kebijakan tersebut akan berujung pada banjirnya likuiditas di pasar. Dengan tren suku bunga rendah yang tetap dijaga, likuiditas tersebut pada akhirnya akan masuk ke emerging markets, termasuk Indonesia.
“Kondisi tersebut tentunya akan menjadi sentimen positif untuk pasar saham dan pasar obligasi Indonesia. Walau begitu, kami meyakini, secara garis besar instrumen saham akan lebih kondusif dibanding instrumen obligasi,” kata Lilis dalam paparan outlook iklim investasi 2021 secara daring, Selasa (19/1).
Baca Juga: Batavia Prosperindo luncurkan reksadana syariah global berbasis ESG
Menurut dia, prospek obligasi akan cenderung masih menarik pada periode awal tahun ini, seiring masih adanya peluang Bank Indonesia (BI) untuk kembali memangkas suku bunga acuan setidaknya sekali lagi. Dari sisi likuiditas yang berlimpah pun turut jadi katalis positif untuk pasar obligasi, khususnya SBN.
Hanya saja, dia melihat kinerja obligasi pada tahun ini tidak akan bisa sebaik kinerja tahun lalu. Oleh karena itu ia melihat instrumen saham jauh lebih menarik dan potensial pada tahun ini. Faktor utamanya adalah banjirnya likuiditas yang berpotensi akan menjadi capital inflow ke pasar saham.
Apalagi, berdasarkan hitungan Batavia, secara valuasi saham Indonesia saat ini tergolong reasonable. Jadi tidak terlalu murah maupun terlalu mahal. Dari sisi kepemilikan asing pun, Lilis menyebut saat ini kondisinya juga tercatat masih terjadi capital outflow dalam dua tahun terakhir.
Baca Juga: Tahun 2021 masih penuh ketidakpastian, reksadana ini bisa jadi pilihan menarik
“Dalam dua tahun terakhir ada capital outflow sekitar Rp 80 triliun. Kepemilikan asing di berbagai sektor juga di bawah rata-rata 2 tahun terakhir sehingga kondisinya masih overweight. Jadi dengan potensi growth yang ada, valuasi reasonable, dan posisi masih underweight, gabungan tiga hal ini akan buat pasar saham akan kondusif di tahun ini,” tutur Lilis.
Lilis menilai, pemulihan saham memang belum akan seragam terjadi di semua sektor. Menurutnya, pemulihan akan didahului oleh saham big caps atau saham dengan kapitalisasi besar terlebih dahulu. Adapun BPAM menjadikan sektor perbankan, telko, dan menara sebagai preferensinya.
Baca Juga: Tahun 2021, penyelenggara dana pensiun mulai lirik instrumen saham dan reksadana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News