kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Banyak produk jatuh tempo tak diganti, jumlah reksadana terproteksi tahun ini turun


Kamis, 10 Desember 2020 / 16:03 WIB
Banyak produk jatuh tempo tak diganti, jumlah reksadana terproteksi tahun ini turun
ILUSTRASI. Jumlah reksadana terproteksi hanya sebanyak 651 produk, berkurang dari 728 produk di akhir 2019.


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan produk reksadana terproteksi ternyata terkena imbas dari pandemi virus corona. Hal ini dapat terlihat dari produk reksadana terproteksi pada tahun ini yang mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun lalu.

Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengungkapkan, per November kemarin, jumlah reksadana terproteksi hanya sebanyak 651 produk. Jumlah ini turun cukup banyak dibanding periode yang sama pada 2019 di mana jumlah reksadana terproteksi saat itu mencapai 728 produk.

“Hal tersebut mengindikasikan lebih banyak produk reksadana terproteksi yang jatuh tempo, namun para Manajer Investasi (MI) belum memiliki penggantinya. Pandemi ini kan telah membuat penerbitan obligasi baru menjadi lebih terbatas, sehingga pilihan portofolio yang bisa menjadi underlying asset terproteksi juga berkurang,” ungkap Wawan kepada Kontan.co.id, Kamis (10/12).

Walaupun dari jumlah produk berkurang, Wawan menyebut dari segi dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksadana terproteksi justru tidak banyak perubahan, yakni sebesar Rp 138,99 triliun per November. Ia menilai, meski banyak produk yang jatuh tempo, beberapa MI yang tetap menerbitkan produk baru ternyata punya dana kelolaan yang besar.

Baca Juga: Naik Rp 18 triliun pada November, AUM industri reksadana menyentuh Rp 532 triliun

Namun, Wawan tak menampik minat investor terhadap reksadana terproteksi sedikit mengalami penurunan, apalagi dari sisi investor ritel. Ia menyebut, selama pandemi ada perubahan risk appetite investor yang jadi lebih berhati-hati dan punya kebutuhan likuiditas lebih tinggi. Terlebih, imbal hasil yang ditawarkan pun terus turun di saat pandemi.

Pada tahun depan, penerbitan reksadana terproteksi masih akan cukup bergantung pada tersedianya underlying asset alias aset dasar terproteksi. Wawan memperkirakan penerbitan reksadana terproteksi baru akan kembali marak ketika obligasi korporasi dengan rating A ke atas sudah banyak diterbitkan. 

Baca Juga: Penerbitan reksadana terpotreksi terkendala tahun ini, kenapa?

Selain itu, Wawan mengatakan reksadana terproteksi akan memiliki tantangan tersendiri pada tahun. Pasalnya, mulai 2021, pajak yang dikenakan ke reksadana akan meningkat dari 5% menjadi 10%.

“Walaupun demikian, reksadana terproteksi masih akan jadi salah satu pilihan instrumen investasi yang menarik. Khususnya, bagi investor yang punya jangka waktu investasi menengah, yakni 3-5 tahun. Saat ini untuk obligasi dengan rating A masih bisa mendapatkan imbal hasil 7-8% per tahun,” tandas Wawan.

Baca Juga: Prospek investasi obligasi tahun 2021 diramal masih menarik

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×