Reporter: Marti Riani Maghfiroh | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna) tak mau ingin ambil risiko tinggi di tengah kondisi perekonomian Indonesia yang muram saat ini.
Rencananya, bank yang sebelumnya bernama Bank Dipo Internasional ini akan mengurangi porsi penyaluran kredit ke sektor menengah.
“Kredit yang nilainya tinggi yaitu di atas Rp 5 miliar akan dikurangi. Nah kami akan fokus mikro dan kecil yang nilai kreditnya di bawah Rp 1 miliar. Itu yang akan kami tambah penyalurannya“, tutur Indra W. Supriadi, President & CEO Bank Sampoerna di kantornya hari ini (4/9).
Indra bilang, keputusan tersebut dilakukan atas pertimbangan kondisi ekonomi Indonesia saat ini. Pihaknya lebih memilih menyalurkan kredit ke sektor mikro dan kecil yang terbilang cukup produktif dan aman.
“Kalau yang menengah itu kan support ke industri besar seperti pertambangan dan komoditas-komoditas besar, dimana saat ini mereka terlihat sedang slowdown“, tambahnya.
Selain itu, hal ini menjadi strategi Bank Sampoerna guna menjawab kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) yang telah mengubah ketentuan Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Rasio (GWM-LDR) menjadi 78%-92% yang sebelumnya 78%-100%.
Sekadar informasi, di semester 1, rasio pembiayaan terhadap pendanaan alias LDR Bank Sampoerna hampir menyentuh batas ketetapan bank sentral. Dengan total kredit yang digelontorkan sampai akhir Juni, sudah mencapai Rp 1,6 triliun.
Di periode yang sama, bank ini juga berhasil dihimpun dana masyarakat senilai Rp 1,75 triliun. Dengan demikian, LDR Bank Sampoerna berada di posisi 92%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News