Reporter: Anna Suci Perwitasari | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Walau melemah di akhir pekan lalu, harga minyak mentah tercatat masih mengalami penguatan tipis di minggu lalu. Namun kenaikan harga dibatasi oleh kekhawatiran akibat lonjakan kasus Covid-19 di Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
Jumat (16/10), harga minyak berjangka jenis Brent untuk kontrak pengiriman Desember 2020 ditutup melemah 23 sen menjadi US$ 42,93 per barel.
Serupa, harga minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman November 2020 turun 8 sen dan berada di level US$ 40,88 per barel.
Baca Juga: Ini Alasan OPEC+ Memperkirakan Pasar akan Kelebihan Pasokan Minyak di 2021
Dengan penutupan tersebut, harga Brent naik tipis 0,2% untuk minggu lalu, dan WTI menanjak 0,7% dalam sepakan.
Sempat perkasa di awal pekan karena mendapat sentimen dari dampak Badai Delta dan kasus mogok kerja di Norwegia, harga minyak mulai terkikis di tengah pekan lalu. Hal tersebut terjadi setelah lonjakan kasus Covid-19 diprediksi akan terus menyeret permintaan di AS dan Eropa yang merupakan dua wilayah konsumen bahan bakar terbesar di dunia.
Ini pun membuat OPEC+, kelompok Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan produsen sekutu termasuk Rusia, khawatir. Apalagi di saat yang sama terjadi lonjakan produksi Libya yang dapat mendorong pasar minyak menjadi surplus di tahun depan.
Berdasarkan dokumen rahasia yang dilihat oleh Reuters, OPEC+ memberikan pandangan yang jauh lebih suram dibandingkan sebulan yang lalu.
"Kenyataannya adalah kita sekarang melihat penyebaran pandemi yang cukup aktif di seluruh Eropa dan menyebar lagi di Amerika Utara, dan itu berpotensi akan membebani pemulihan permintaan minyak," kata Lachlan Shaw, Head of Commodity Research National Bank of Australia.
Seperti diketahui, beberapa negara Eropa menghidupkan kembali jam malam dan penguncian untuk melawan lonjakan kasus virus corona baru. Salah satunya adalah Inggris yang memberlakukan pembatasan Covid-19 yang lebih ketat di London sejak hari Jumat.