kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bagi dividen dan aksi jual asing tekan rupiah


Rabu, 29 Mei 2013 / 06:35 WIB
Bagi dividen dan aksi jual asing tekan rupiah
ILUSTRASI. Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito.


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Pembagian dividen, aksi jual asing di pasar saham dan di pasar obligasi menekan rupiah. Dalam beberapa pekan ini, kurs rupiah memang tertekan hebat. Bahkan, kemarin (28/5), kurs dollar AS berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (BI), sudah menembus di 9.810. Sementara, pasangan USD/IDR di pasar spot berada di 9.862, posisi tertinggi sejak 16 Januari 2013.

Rupiah terus melamah sejak dua pekan lalu karena spekulasi permintaan dollar Amerika Serikat yang besar. Salah satunya kebutuhan untuk membayar dividen. Beberapa emiten memang akan membayarkan dividen dalam bentuk dollar AS. Terutama emiten yang menggunakan dasar laporan keuangan dengan denominasi dollar AS.

Sebut saja, PT Indika Energy (INDY) yang akan membagikan dividen sebesar US$ 19 juta ke para pemegang saham di luar negeri. Selain itu ada pula emiten produsen batubara, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang juga akan membagikan dividen sebesar US$ 117 juta.

Fahrudin Haris Prastowo, Foreign Exchange Trader Bank Rakyat Indonesia (BRI) mengatakan, bank kini tengah mengoleksi dollar AS karena ekspektasi permintaan dolar yang tinggi. "Permintaan dollar tinggi karena perusahaan mempersiapkan pembagian dividen," jelas dia seperti dikutip Bloomberg, Selasa (28/5).

Fahrudin menambahkan, hal ini akan membuat rupiah berada dalam kondisi rawan tekanan. Namun, kondisi ini akan berakhir pada Juli 2013. "Bank Indonesia akan melanjutkan stabilisasi rupiah di pasar," jelas dia.

Albertus Christian, Analis Monex Investindo Futures mengatakan, memang ada sedikit pengaruh dari pembagian dividen terhadap pelemahan rupiah. Menurut dia, saat ini pembagian dividen menambah permintaan dollar AS sehingga rupiah terjatuh.

Menurut dia, saat ini para pemegang valas menganggap mata uang dollar relatif lebih aman. Apalagi, setelah muncul spekulasi kenaikan inflasi akibat rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Dus, "Pemegang valas dollar AS semakin banyak dan ingin menahan mata uang dollar," jelas Albertus.

Albertus memprediksi, bila dana asing terus hengkang, bisa memicu rupiah bergerak sesaat ke level 10.000. Namun, Albertus menduga, upaya BI mengintervensi pergerakan rupiah, akan membuat volatilitas rupiah tidak jauh dari 9.600-9.800 hingga akhir tahun ini.

Aksi jual asing

Selain dividen, rupiah juga cukup tertekan dengan banyaknya investor asing yang menjual aset dari dalam negeri. Itu nampak dari nilai jual bersih asing di pasar saham. Kemarin, nett sell asing tercatat Rp 148,3 miliar. Bahkan sepanjang pekan lalu, net sell asing mencapai Rp 2,5 triliun. Sementara dari pasar obligasi, terjadi tekanan jual sebesar Rp 1,27 triliun periode 16 Mei-24 Mei. 

Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo mengatakan, pembagian dividen emiten tidak mempengaruhi pelemahan rupiah. Rupiah melemah lebih akibat karena net sell besar-besaran di pasar saham yang terjadi beberapa hari ini.

Menurut Satrio, keluarnya investor asing disebabkan pergerakan bursa regional Asia. Saat ini, investor asing masih dalam posisi jual sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih akan ditopang oleh investor lokal. Posisi IHSG pun cenderung rawan koreksi. "Ini karena investor takut lembaga pemeringkat bereaksi negatif karena inflasi yang memuncak," ujar dia.

Kepala Riset Mandiri Sekuritas, Jhon Daniel Rachmat pun mempunyai pendapat serupa. Menurut dia, pembagian dividen tidak berpengaruh terhadap pergerakan rupiah karena jumlahnya yang tidak signifikan. Namun, net sell asing patut diwaspadai. "Saat ini pasar modal ditopang hampir 100% oleh hot money flow, maka harus hati-hati," imbuh dia.

Namun menurut dia, pelemahan rupiah tidak bakal berlanjut lama. Dia memperkirakan, rupiah masih akan bisa bertahan di level 9.780 sampai akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×