Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Meski sejak awal tahun AUD/USD berhasil dulang penguatan, di akhir pekan kemarin aussie harus tenggelam akibat pergerakan the greenback yang kembali prima. Dukungan positif datang dari ekspektasi suku bunga The Fed yang bisa segera naik.
Mengutip Bloomberg, Jumat (11/11) pairing AUD/USD melemah 0,88% di level 0,7546 serta sudah merosot 1,65% dalam sepekan terakhir. Meski demikian, sejak akhir tahun 2015, pasangan ini terhitung sudah mendulang penguatan 4,22%.
Wahyu Tri Wibowo, Analis Central Capital Futures mengatakan data AS yang positif akhir pekan kemarin menambah keyakinan pasar bahwa kenaikan suku bunga The Fed masih berpotensi besar untuk terjadi di Desember 2016 nanti. Pasca pernyataan Trump mengenai kebijakan ekonominya yang baru, beberapa mata uang lain bergerak di area konsolidasi low-nya termasuk aussie.
“Tapi bukan berarti aussie tidak punya daya tahan. Jika data China positif dan harga komoditas pertahankan rebound maka aussie bisa unggul walau tipis,” ujar Wahyu. Apalagi secara fundamental domestik, Australia tidak terlampau buruk.
Namun dengan eratnya kaitan AUD pada harga komoditas, sulit bagi AUD untuk naik tajam. Pasalnya jika kebijakan Trump yang baru mendukung kenaikan suku bunga The Fed dalam waktu dekat maka harga komoditas berpotensi untuk terpuruk lagi. Ini bisa ikut menyeret aussie, meski dinilai tidak akan menyentuh level terendahnya sejak September 2003 yang disentuh pada 15 Januari 2016 lalu di 0,6864.
“Waktu itu terjadi karena imbas kenaikan suku bunga The Fed di akhir 2015, tapi kalaupun nanti naik lagi, efeknya tidak akan sebesar itu,” ujar Wahyu. Sebab, kenaikan ini sudah diantisipasi sejak awal tahun dan diprediksi bisa terjadi hingga tiga kali walau nyatanya sekali pun belum terlaksana.
Dugaan Wahyu selama Reserve Bank of Australia tidak melakukan pelonggaran moneter tambahan dan pergerakan harga komoditas serta ekonomi China terjaga. Maka posisi AUD/USD akan terjaga. Bahkan bisa naik mendekati 0,7813 atau level tertingginya sejak Mei 2015 lalu yang tercapai pada 19 April 2016.
“Itu kan terjadi karena The Fed galau akan gagal mempertahankan kenaikan suku bunganya, jadi kalau nanti Desember 2016 tidak naik lagi bisa saja penguatan AUD/USD tajam lagi,” tebak Wahyu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News