Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah terus bergerak melemah tertekan kebijakan higher for longer The Fed. Meski begitu, perencana keuangan menilai tidak ada urgensi untuk mengubah racikan portofolio investasi.
CEO and Founder Finansialku, Melvin Mumpuni mengatakan, pelemahan rupiah bersifat sementara. "Terlebih tren kenaikan USD/IDR ini masih tertahan di strong resistance, jika tertembus ke Rp 16.000 baru bisa naik lagi ke Rp 16.200," ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (3/4).
Financial Planner & Crypto Enthusiast Aidil Akbar Madjid juga berpandangan serupa. Memang terjadi anomali dengan situasi saat ini. "Sebab, umumnya saat dolar AS menguat maka harga emas melemah," sambungnya.
Baca Juga: 10 Cara Terbaik Jadi Kaya yang Tak Lekang Waktu dari Robert Kiyosaki
Melvin melanjutkan, memang belum ada urgensi untuk mengubah portofolio. Namun memang, perlu adanya mereview investasi yang dimiliki dan disesuaikan dengan tren.
Ia menilai, untuk investor dengan tujuan investasi jangka pendek atau di bawah dan sama dengan satu tahun, maka bisa mengalokasikan dananya deposito bank umum/BPR 50% dan reksadana pasar uang (RDPU) 50%.
Lalu untuk investor jangka menengah 2-5 tahun bisa mengalokasikan dananya di RDPU 30%, obligasi pemerintah (ritel atau FR) 30%, saham blue chip 20%, dan saham value investing 20%.
Lalu dengan tujuan di atas 5 tahun bisa ke RDPU 20%, saham blue chip 20%, dan saham value investing 60%.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Saham Paling Tertekan di Maret 2024, Simak Sentimen dan Proyeksinya
"Saham value investing boleh second liner tetapi fundamental perusahaan bagus, harga terdiskon dari nilai intrinsik (harga wajar), memiliki growth story, dan manajemen solid," paparnya.
Ia juga menambahkan, untuk investor yang memiliki perhatian ke income rutin bisa mengalokasikan ke deposito bank atau BPR 30%, obligasi 40%, dan 30% dividen saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News