Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) masih terus melaju kendati investor asing melakukan aksi jual saham-saham Indonesia.
Data RTI menunjukkan, pada pukul 12.00 WIB, indeks mencatatkan kenaikan 1,05% menjadi 5.200,088.
Sementara, asing mencetak penjualan bersih (net sell) di seluruh market dan pasar reguler dengan nilai masing-masing Rp 249,1 miliar dan Rp 207,2 miliar.
Ada 206 saham yang mendukung kinerja indeks di sesi I. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 67 saham dan 74 saham lainnya tak berubah posisi. Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 3,491 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 2,601 triliun.
Sementara itu, tak ada satu pun sektor yang tertekan. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar antara lain: sektor industri lain-lain naik 1,93%, sektor infrastruktur naik 1,86%, dan sektor manufaktur naik 1,42%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang menduduki posisi top gainers siang ini adalah: PT Hanson International Tbk (MYRX) naik 6,57% menjadi Rp 146, PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) naik 3,63% menjadi Rp 1.715, dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) naik 3,05% menjadi Rp 9.300.
Sedangkan di posisi top losers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 2,27% menjadi Rp 5.375, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 1,5% menjadi Rp 6.550, dan PT Siloam International Tbk (SILO) turun 0,96% menjadi Rp 10.275.
Bursa emerging masih tertekan
Kondisi berbeda terlihat pada pergerakan bursa emerging. Mengutip data Bloomberg, pada pukul 11.54 waktu Hong Kong, indeks MSCI Emerging Market turun 0,1% menjadi 884,04. Dalam lima hari terakhir, indeks saham negara berkembang ini sudah merosot 4,7%.
Menurut Rafael Palma Gil, portfolio manager Rizal Commercial Banking Corp di Manila, saat ini, mata investor masih tertuju pada pertemuan The Federal Reserve yang akan berlangsung pekan depan. "Itu sebabnya, mereka lebih hati-hati melangkah," jelas Gil.
Dengan mempertimbangkan bursa emerging sudah reli tajam dalam tiga bulan terakhir dan adanya ketidakpastian mengenai suku bunga AS, saat ini, lanjut Gil, investor enggan mengambil risiko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News