Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Meski sempat melepas Surat Berharga Negara (SBN) di akhir Agustus 2016 lalu, investor asing kembali membanjiri pasar obligasi Pemerintah RI.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan mencatat, per 14 September 2016 Kepemilikan asing pada SBN domestik yang bisa diperdagangkan mencapai Rp 675,24 triliun. Angka tersebut meningkat Rp 7,15 triliun dari akhir Agustus lalu yang tercatat Rp 668,09 triliun.
Desmon Silitonga, Analis PT Capital Asset Management, menuturkan, investor asing sempat melepaskan obligasi negara kita pada akhir bulan lalu. Sentimen negatif sempat mencuat pasca pidato Gubernur Federal Reserve (The Fed), bank sentral Amerika Serikat (AS), Janet Yellen dalam sebuah simposium di Jackson Hole. Yellen menyatakan, kenaikan suku bunga The Fed dapat diwujudkan dalam waktu dekat.
Alhasil, rupiah sempat melemah di hadapan dollar AS. Kekhawatiran yang tinggi juga memicu investor untuk merealisasikan keuntungannya, dengan melepas SBN.
Dari internal, realisasi dana repatriasi dari kebijakan tax amnesty yang belum sesuai harapan menambah beban SBN. "Sebagian investor keluar dari Indonesia, tapi itu hanya sementara. Setelah kondisi membaik, mereka masuk lagi," kata Desmon.
Buktinya, setelah rencana kenaikan suku bunga The Fed kembali memudar, investor asing kembali membanjiri pasar obligasi negara.
Prospek akhir tahun
Ariawan, Fixed Income Analyst PT BNI Securities, berpendapat, pasar SBN Indonesia memang atraktif bagi para investor luar negeri. Maklum, tawaran imbal hasilnya lebih menarik ketimbang negara-negara lain.
Mengacu Asian Bonds Online per Jumat (16/9), yield obligasi Pemerintah Indonesia bertenor 10 tahun mencapai 7,07%. Angka tersebut melampaui yield obligasi dengan tenor sama milik Pemerintah China 2,77%, Jepang minus 0,03%, Malaysia 3,57%, Filipina 3,55%, Thailand 2,25%, AS 1,69%, Vietnam 6,96%.
Daya tarik juga bersumber dari membaiknya makroekonomi dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, inflasi selama periode Januari–Agustus 2016 baru 1,73%. Sedang pertumbuhan ekonomi tanah air tahun ini bisa mencapai 5%–5,4%.
Program pengampunan pajak juga mulai membuahkan hasil. Per September 2016, uang tebus tax amnesty tercatat sudah sebanyak Rp 18,9 triliun. Adapun deklarasi dan dana repatriasi dari wajib pajak mencapai Rp 552 triliun. "Sebagian danatax amnesty bisa mengalir ke pasar SBN," ungkap Ariawan.
I Made Adi Saputra, Analis Fixed Income MNC Securities sepakat, harga SBN berpeluang menanjak hingga akhir tahun nanti. Inflasi domestik cukup terkendali. Maka, Bank Indonesia (BI) masih memiliki ruang pemangkasan suku bunga acuan BI 7 day reverse repo rate yang saat ini di level 5,25%. "Prediksi saya, BI bisa menurunkan suku bunga satu kali sebesar 25 bps di sisa tahun ini," ujar Made.
Namun, kenaikan harga cenderung terbatas. Selain mencermati realisasi tax amnesty, pelaku pasar menunggu kenaikan suku bunga The Fed. Made memproyeksikan, yield FR0056 di ujung tahun di kisaran 6,5%. Jumat (16/9), yield FR0056 di 6,98%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News