kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Asing kabur dari saham dan obligasi


Selasa, 28 Februari 2012 / 08:23 WIB
Asing kabur dari saham dan obligasi
ILUSTRASI. Rumor Lionel Messi incar rumah baru di Paris beredar, tanda merapat ke PSG? REUTERS/Albert Gea/File Photo


Reporter: Albertus M Prestianta, Avanty Nurdiana | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Kepemilikan asing di surat berharga negara (SBN) menyusut. Berdasarkan data Direktorat Jendral Pengelolaan Utang Kementerian Keuangan, per 24 Februari, kepemilikan asing turun Rp 3,73 triliun menjadi Rp 232,24 triliun dari data per akhir Januari 2012. Padahal, total nilai SBN pada periode tersebut justru naik (lihat tabel).

Sebenarnya, kepemilikan asing di SBN sempat mencapai titik tertinggi pada 13 Februari 2012, yaitu mencapai Rp 236,42 triliun. Namun, setelah suku bunga acuan alias BI rate diturunkan menjadi 5,75%, investor asing perlahan-lahan melakukan penjualan surat utang negara (SUN). Akibatnya, kepemilikan asing di SUN berkurang.

Tak hanya di pasar SBN, investor asing juga terus menjual saham Indonesia. Berdasarkan data Bloomberg, sejak 22 Februari sampai 27 Februari, total penjualan saham yang dilakukan asing sebesar Rp 1,56 triliun. Sepanjang tahun ini, dana asing lebih banyak keluar ketimbang masuk. Hingga kemarin (27/2), asing mencatat nilai jual bersih Rp 428,9 miliar.

Menurut I Made Adi Saputra, analis obligasi NC Securities, sentimen negatif dari luar negeri, berkaitan dengan masalah keputusan dana talangan Yunani yang berlarut-larut menjadi momentum tambahan bagi pemilik modal asing untuk melanjutkan aksi jual.

Ezra Nazula Ridha, Head of Fixed Income Manulife Asset Management, pun melihat hal yang sama. Tapi dia menduga penjualan SBN oleh asing hanya bersifat sementara. "Asing sudah untung besar sehingga mereka ambil untung dulu," tutur dia.

Peminat SBN sebenarnya masih cukup besar. Terbukti, beberapa lelang SUN yang digelar oleh pemerintah selalu laku keras. Sementara di pasar sekunder, Adi mengamati, saat investor asing menjual SUN, institusi lokal, seperti Bank Indonesia (BI), perbankan, asuransi, dan dana pensiun, justru menadah SUN.

Bahkan, pemerintah lewat Kementerian Keuangan pun memanfaatkan momentum itu untuk membeli kembali (buyback) SUN, terutama yang sudah menjelang jatuh tempo. Kemarin (27/2), pemerintah berhasil mendapatkan 101.270 unit SUN FR0026 yang akan jatuh tempo pada 15 Oktober 2014. Dengan harga rata-rata tertimbang 115,25, pemerintah mengeluarkan dana sekitar Rp 101,27 miliar.

Khawatir inflasi

Faktor lain yang membuat investor asing khawatir, menurut Adi, adalah rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sehingga bisa menimbulkan inflasi. Sampai sekarang memang belum ada kepastian mengenai besaran kenaikan harga BBM tersebut. Namun, kondisi ini memicu ketidakpastian di pasar obligasi. Adi bilang, investor masih akan cenderung menjual obligasi pemerintah di pasar sekunder sampai ada kepastian mengenai harga BBM.

Ezra juga menduga, investor memilih untuk menunggu sampai ada keputusan harga BBM. Tapi dia yakin, investor asing masih akan kembali lagi ke pasar Indonesia. Sebab, imbal hasilnya masih relatif memikat. Apalagi, Indonesia masuk peringkat investment grade. Ke depan, Ezra memperkirakan, harga obligasi condong bergerak sideways. Sebab, memang tidak ada katalis positif yang bisa menggerakkan obligasi negara.

Jika kenaikan harga BBM masih wajar atau sesuai ekspektasi maka asing secara perlahan akan masuk. Namun apabila harga BBM naik tinggi, bukan tidak mungkin asing kembali menjual SBN.

Kendati demikian, baik Adi maupun Ezra menilai, efek kenaikan harga BBM serta pengaruhnya terhadap inflasi dan suku bunga acuan hanya bersifat sementara. "Investor asing pasti masih akan kembali," imbuh Ezra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×