Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski dibalut katalis negatif dari sisi eksternal, posisi rupiah sepanjang pekan ini berhasil mencatatkan penguatan. Dorongan fundamental yang positif cukup menjaga nilai tukar rupiah pertahankan keunggulan tipisnya.
Di pasar spot, Jumat (10/3) valuasi rupiah menguat 0,10% ke level Rp 13.376 per dollar AS dibanding hari sebelumnya dengan catatan keunggulan tipis 0,05% dalam sepekan terakhir. Di kurs tengah Bank Indonesia nilai rupiah justru melemah 0,14% di level Rp 13.393 per dollar AS dan merosot 0,13% dalam sepekan terakhir.
Sri Wahyudi, Research and Analyst PT Garuda Berjangka mengungkapkan sebenarnya sejak awal pekan rupiah tertekan oleh performa data ekonomi AS yang memuaskan pasar. Terutama data tenaga kerja sektor swasta yang membaik dan klaim pengangguran mingguan yang kembali menurun.
Ini memberikan indikasi ke pelaku pasar bahwa data sektor tenaga kerja AS yang akan rilis Jumat (10/3) malam pun bisa positif.
“Jika data tersebut benar positif maka bukan tidak mungkin pada Kamis (16/3) mendatang rapat FOMC memutuskan untuk menaikkan suku bunga The Fed,” jelas Wahyudi.
Hal tersebut yang dinilai menjadi penyebab beratnya langkah rupiah sepanjang pekan ini. Hanya saja performa data ekonomi Indonesia seperti survei kepercayaan konsumen dan cadangan devisa yang positif membuat rupiah memiliki daya tahan. “Apalagi di akhir pekan terjadi profit taking pada dollar AS sehingga memberi celah bagi rupiah untuk sesaat membalikkan arah,” kata Wahyudi.
Ini pula yang akhirnya berhasil menjaga keberlanjutan penguatan rupiah sepanjang pekan. Walau memang Wahyudi menilai pekan depan rupiah justru berpotensi untuk melemah lagi. Mengingat diprediksi data tenaga kerja AS akan baik seperti dugaan pasar dan kembali mendorong dollar AS melambung.
“Selain itu pekan depan pasar juga menanti FOMC dan inflasi AS. Nyaris tidak ada katalis yang bisa menolong rupiah kecuali rebound terbatas akibat dorongan teknikal,” duga Wahyudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News