Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Program amnesti pajak baru saja berakhir, pada akhir Maret 2017. Sejatinya, realisasi program tersebut dinilai tak sesuai harapan. Misalnya, dari target dana repatriasi Rp 1.000 triliun, hanya menghasilkan komitmen senilai Rp 147 triliun.
Toh, hanya sebagian kecil dana hasil amnesti pajak yang masuk ke pasar modal. Angkanya ditaksir berkisar Rp 10 triliun. Meski realisasi amnesti pajak di bawah ekspektasi, pasar saham Indonesia tak akan terlalu terpengaruh.
Memang ada faktor lain yang mengompensasi sentimen negatif itu. Salah satu yang paling ditunggu-tunggu adalah Standard & Poor's (S&P) menaikkan peringkat utang Indonesia ke level investment grade. Namun, merayu S&P jelas perkara sulit. Banyak PR yang harus dibenahi pemerintah.
Nah, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Nurhaida menyebutkan, dana amnesti pajak banyak masuk ke instrumen surat utang negara (SUN), reksadana, obligasi dan saham. Hanya sebagian kecil yang masuk Bursa Efek Indonesia.
Namun hal tersebut tak menjadi sentimen negatif bagi indeks saham lokal. IHSG masih terus memperbarui rekornya. Pada transaksi kemarin (6/4), IHSG kembali mengukir rekor tertinggi sepanjang masa di level 5.680,24.
Amnesti pajak memang tak sepenuhnya mencapai target. Namun dibandingkan negara lain, Indonesia menjadi salah satu negara paling sukses dalam penyelenggaraan program pengampunan pajak itu. "Investor melihat ini sebagai hal yang positif," ungkap M. Nafan Aji, Analis Binaartha Parama Securities, kemarin.
Secara total, dana yang diperoleh dari amnesti pajak mencapai Rp 4.850 triliun. Kelak, dana itu akan digunakan untuk keperluan negara, terutama membangun infrastruktur.
Proyek pembangunan infrastruktur akan berpengaruh positif bagi kondisi makro nasional. Pada akhirnya, hal itu akan berimbas positif bagi pasar modal. Tahun ini, target IHSG menembus level 6.000 bukan hal mustahil. "Paling dekat mengkonfirmasi 5.750 dulu," imbuh Nafan.
Peringkat Indonesia
Hal senada disampaikan analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra. Menurut dia, pasar sudah mendiskon sentimen negatif soal amnesti pajak yang tak mencapai target. Sentimen tersebut tereliminasi oleh ekspektasi terkereknya peringkat utang Indonesia oleh lembaga rating global, S&P, pada tahun ini.
Tapi di sisi lain, peringkat dari S&P justru bisa berbalik menjadi sentimen negatif. "Yang dikhawatirkan, S&P tidak menaikkan rating Indonesia, sehingga dana asing berpotensi keluar secara masif," jelas Aditya.
Belum lagi jika hasil pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini ternyata di bawah estimasi, yakni di bawah 4,95%-5%. Ini akan menjadi kabar buruk bagi investor. Skenario terburuknya, IHSG akan menyentuh 5.450-5.500 pada kuartal II-2017.
Pasar juga berharap, kinerja emiten di kuartal I-2017 sesuai ekspektasi. Sebab, hal itu akan merefleksikan pertumbuhan ekonomi dan inflasi. "Jika faktor-faktor ini berhasil dijaga, maka Indonesia cukup kuat menahan tekanan eksternal," kata Aditya.
Apabila sentimen positif itu muncul, maka target realistis IHSG berada rentang 5.750 hingga 5.800. Sentimen positif lainnya adalah, fund manager global masih optimistis dengan Indonesia karena return on equity (RoE) Indonesia tahun ini diestimasikan sekitar 16,1%. "Level itu cukup tinggi," ungkap Aditya.
Pertumbuhan earning per share (EPS) emiten juga diprediksi membaik. Hal lain yang berefek positif ke domestik adalah penguatan harga sejumlah komoditas di pasar global. "Penguatan itu akan menambah surplus ekspor serta meningkatkan return komoditas, khususnya tambang dan CPO," kata Aditya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News