Reporter: Didik Purwanto | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Insight Investment Management akan meluncurkan produk reksadana pendapatan tetap konvensional yang berbasis energi terbarukan. Produk ini bekerjasama dengan Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) dan Yayasan Energi Lestari.
Presiden Direktur Insight Investment Management Tony Henri menyatakan, produk reksadana berbasis energi belum ada saingannya di Indonesia. Sehingga potensinya masih besar untuk digarap. "Kita sedang proses izin produk ke Bapepam-LK. Harapannya akhir April bisa diluncurkan," ujar Tony,Selasa (29/3).
Produk Insight METI Renewable Energy Fund ini dirancang untuk memberi kesempatan investor dalam berpartisipasi melestarikan energi melalui kegiatan nirlaba Yayasan Energi Lestari. Nantinya sebesar 1% per tahun dari dana kelolaan akan dialokasikan untuk yayasan tersebut terutama untuk memberi kontribusi dalam memperbaharui energi di Indonesia. Sisanya sebesar 0,75% untuk manajer investasi.
Sedangkan dana investor nanti akan ditempatkan pada efek pendapatan tetap sebesar 10% hingga 90%, dan sekitar 10% sampai 90% akan ditempatkan di efek pasar uang. Selebihnya bisa ditempatkan di deposito atau obligasi dengan rating minimal A.
”Kita sengaja tidak menaruhnya ke saham karena kita tidak terlalu mencari keuntungan. Kami hanya ingin investor bisa menahan investasinya lebih lama dan bisa membantu energi terbarukan di tanah air," jelasnya.
Meski belum diluncurkan, perseroan sudah mengantongi komitmen dari tiga institusi untuk berinvestasi pada reksadana tersebut. Nilainya sebesar Rp 50 miliar dari institusi perminyakan, emas dan perbankan. Nantinya, perseroan juga akan menyasar perusahaan energi yang memiliki kepedulian sosial untuk berinvestasi di reksadana ini.
Berdasarkan hitungan Insight, sekurangnya ada 100-200 perusahaan energi di tanah air. Jika masing-masing perusahaan energi itu mau berinvestasi Rp 1 miliar saja maka potensi dana yang bisa diraup Rp 100 miliar. "Jika lebih, maka hanya dikalikan saja. Tapi kita belum menentukan dana investasi awalnya," tambah Tony.
Hingga akhir tahun ini, perseroan optimis bisa menargetkan dana kelolaan sebesar Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News