Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menyiapkan sejumlah agenda ekspansi tahun depan. Salah satu proyek yang diprioritaskan adalah pembangunan pabrik feronikel Halmahera Timur (Haltim) atau P3FH Tahap Kedua.
ANTM sudah menunjuk konsorsium Kawasaki Heavy Industries Ltd (KHI) dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) menangani engineering, procurement and construction (EPC). "Proses konstruksi dimulai dalam waktu dekat," ujar Tedy Badrujaman, Direktur Utama ANTM, di Gedung Bursa Efek Indonesia, Senin (3/10).
Pabrik ini akan meningkatkan kapasitas produksi feronikel perusahaan, dari 27.000-30.000 ton nikel dalam feronikel (TNi) menjadi 40.500-43.500 TNi per tahun. Proyek ini juga mendukung program pembangunan industri dasar logam stainless steel.
Menurut rencana Antam, pabrik feronikel Tahap I akan masuk tahap pengecekan (commissioning) di akhir 2018. Tahun depan, proyek ini berlanjut ke Tahap II dengan nilai investasi sama, Rp 3,5 triliun. Tedy bilang, dengan membaiknya prospek ANTM, pihaknya mengkaji potensi pendanaan bank di proyek prioritas ini.
"Jika dana dari bank kurang, kami akan cari partner strategis dengan sangat selektif," imbuh dia.
Direktur Keuangan ANTM Dimas Wikan Pramudhito menyatakan, pabrik feronikel Halmahera Timur Tahap II memiliki kapasitas yang sama dengan tahap I, sebesar 13.500 TNi per tahun. ANTM juga akan membangun infrastruktur penunjang, seperti pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). ANTM menggandeng PT Bukit Asam Tbk (PTBA) untuk membangun pembangkit listrik berkapasitas 80 MW untuk kebutuhan pabrik ini.
Sekretaris Perusahaan ANTM Trenggono Sutioso menambahkan, untuk proyek PLTU, perseroan tengah menjajaki skema pendanaannya. ANTM juga menjadi salah satu perusahaan yang akan dibawa oleh Bursa Efek Indonesia ke New York, Amerika Serikat pada 24-25 Oktober 2016, untuk pelatihan mengenai pencatatan saham di dua negara (dual listing).
ANTM tengah mempertimbangkan untung dan rugi mencatatkan saham di bursa AS. Emiten ini juga memantau kondisi perusahaan asal Asia di bidang pertambangan yang masuk bursa AS. Menurut Dimas, dengan dual listing, ANTM bisa meningkatkan daya saing global.
Selain tercatat di BEI, saham ANTM juga tercatat di Bursa Efek Australia (ASX) sejak 9 Agustus 1999. Saat ini 65% saham ANTM dikuasai Pemerintah Republik Indonesia 65% dan publik sebesar 35%.
Analis Samuel Sekuritas Indonesia, Sharlita Malik menilai, kinerja ANTM mulai membaik terutama setelah ada kajian pemerintah untuk membuka kembali relaksasi ekspor bijih nikel di tahun depan.
Kinerja ANTM juga mulai ditopang penguatan harga komoditas nikel dan kenaikan kapasitas produksi dari smelter Pomalaa. Sharlita mengubah rekomendasi saham ANTM dari hold menjadi buy dengan target harga Rp 840 per saham. Harga saham ANTM kemarin turun 1,83% jadi Rp 805 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News