Reporter: Anna Suci Perwitasari, Titis Nurdiana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) tampaknya tidak akan sendirian mengeksekusi 58,88% saham PT Indonesia Asahan Aluminimum (Inalum) milik Nippon Asahan Alumnium Co Ltd (NAA). Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru saja menunjuk PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) ikut mengambil alih saham Inalum.
Direktur Bisnis dan Manajemen Risiko PLN, Murtaqi Syamsuddin menyatakan, PLN telah menerima surat dari Kementerian ESDM untuk mengakuisisi Inalum. Direktur Utama ANTM Alwin Syah Loebis juga sempat menyatakan perusahaan yang dipimpinnya siap mengambil alih mayoritas saham Inalum.
Apabila PLN ikut serta dalam proses akuisisi saham Inalum, maka ANTM tidak perlu mengeluarkan dana terlalu besar. Untuk mengambil alih saham NAA di Inalum, pemerintah harus menyediakan dana sedikitnya US$ 700 juta.
Di Inalum, ANTM nantinya bakal mendapatkan smelter pengolahan aluminium. Sedangkan PLN bertanggung jawab pada pengelolaan pembangkit tenaga listriknya.
Langkah strategis
Sekretaris Perusahaan ANTM Bimo Budi Satrio enggan mengomentari opsi kemungkinan kerjasama dengan PLN. Manajemen ANTM juga masih menunggu komando dari pemerintah. "Belum ada info. Kami masih menunggu dari pemerintah," ujar Bimo kepada KONTAN, Jumat (18/2) pekan lalu.
Pemerintah Indonesia saat ini menguasai 41,12% saham Inalum. Sedangkan, 58,88% saham Inalum berada di tangan NAA. Kerjasama proyek Inalum telah berjalan sejak 1975 dan akan berakhir pada 2013. Pemerintah akan mengambil alih seluruh saham Inalum, setelah kerjasama dengan Jepang berakhir.
Sambil menunggu jatuh tempo kesepakatan itu, Indonesia dan Jepang akan menggelar rangkaian pertemuan untuk membahas tata cara pengalihan saham ini. Inalum saat ini memiliki kapasitas produksi sekitar 230.000-240.000 ton per tahun.
Analis Waterfront Securities, Isfhan Helmy Arsad menilai masuknya PLN dalam rangka pengambilalihan Inalum cukup strategis. "Dengan begitu dana yang harus dikeluarkan ANTM tidak terlalu banyak," kata dia.
Isfhan berpendapat, yang terpenting dalam aksi ini adalah apabila seluruh saham milik NAA dikuasai pemerintah. Jika ANTM memperoleh smelter alumina, maka akan mendukung kinerja perusahaan. "Bisnis Antam tentunya akan terintegrasi ke proyek ini," imbuh dia.
Di sisi lain, PLN juga akan akan memperoleh keuntungan tersendiri. Sekarang tinggal melihat bagaimana skema kedua perusahaan untuk mengakuisisi 58,88% saham Inalum milik investor asal Jepang itu.
Isfhan saat ini masih menyarankan tahan saham ANTM. Rekomendasi itu sejalan masih banyaknya proyek yang akan dilaksanakan ANTM. Selain mengincar Inalum, ANTM juga tengah menggarap proyek smelter Chemical Grade Alumina di Tayan, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat.
Harga ANTM pada penutupan Jumat (18/2) lalu tetap sebesar Rp 2.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News