Reporter: Dina Farisah | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Meski kelebihan permintaan atau oversubscribes hingga lebih dari tiga kali, pemerintah hanya menyerap Rp 1,26 triliun dari hasil lelang surat berharga syariah negara (SBSN) alias sukuk negara, Selasa (11/2). Nilai yang dimenangkan oleh pemerintah itu masih di bawah target sebesar Rp 1,5 triliun.
Total penawaran yang masuk dalam lelang sukuk tersebut mencapai Rp 5,35 triliun. Jumlah penawaran ini masih lebih rendah dibandingkan dengan lelang sukuk negara sebelumnya dengan target sama, yang mencapai Rp 5,9 triliun.
Sukuk bertenor enam bulan, SPN-S 12082014 mendapatkan permintaan paling banyak, yakni Rp 4,20 triliun. Berikutnya, seri PBS005 dengan tenor 29 tahun mendapatkan permintaan Rp 576 miliar.
Dari empat seri yang ditawarkan melalui lelang, pemerintah hanya memenangkan dua seri yaitu SPN-S 12082014 dan PBS005. Pada seri SPN-S 12082014, pemerintah menyedot dana sebesar Rp 1 triliun. Sedangkan sukuk seri PBS005, pemerintah memenangkan sebesar Rp 260 miliar.
I Made Adi Saputra, analis NC Securities mengungkapkan, permintaan yield dari investor pada lelang kali ini cukup tinggi. Oleh karena itu, pemerintah hanya memenangkan dua dari empat seri yang ditawarkan.
Sedangkan dari sisi investor, Made bilang, investor perbankan berminat pada sukuk seri SPN. Dengan tenor pendek, kupon yang ditawarkan cukup menarik bagi investor. “Tingginya yield yang diminta investor merupakan antisipasi menjelang rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia, Kamis besok,” ujar Made.
Made menambahkan, yield obligasi di pasar sekunder cenderung naik sebelum RDG. Investor khawatir atas kenaikan suku bunga acuan atau BI rate pada Kamis (12/2).
Di sisi lain, Made bilang, spread antara sukuk yang dimenangkan pada lelang, kemarin, cukup tinggi dibandingkan surat utang negara (SUN) acuan. Misalnya, sukuk seri PBS005 dimenangkan denga yield 9,93%. Sementara, yield SUN acuan 30 tahun saat ini sebesar 9,73%. Untuk seri ini, investor yang berminat berasal dari dana pensiun dan asuransi syariah.
Ke depan, Made menilai, pemerintah akan fokus mengejar target penerbitan melalui lelang SUN konvensional. Sebab, peminat sukuk negara tidak terlalu banyak yang menyebabkan biaya penerbitan cukup mahal.
Desmon Silitonga, analis Millenium Danatama Asset Management menilai, meskipun investor mengantisipasi kenaikan BI rate, namun data domestik menunjukkan bahwa kenaikan BI rate saat ini belum mendesak. Dalam dua bulan terakhir, nilai tukar rupiah cukup stabil. Selain itu, inflasi juga relatif terkendali.
Desmon bilang, jika Bank Indonesia mempertahankan BI rate sebesar 7,5% maka akan berdampak positif bagi pasar obligasi Indonesia dan dapat mendorong penurunan yield.
Pemerintah masih akan menggelar sejumlah lelang surat utang. Fakhrul Aufa, analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) bilang, target penerbitan obligasi pemerintah sepanjang kuartal I-2014 sebesar Rp 78 triliun. Sampai saat ini, total penerbitan SUN baru mencapai Rp 42,9 triliun atau 54,9% dari target.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News