kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Andrew : Utamakan aman dan likuiditas


Sabtu, 23 Juni 2012 / 12:00 WIB
ILUSTRASI. Kobexindo Tractors (KOBX) bukukan keuntungan pada kuartal I 2021


Reporter: Marantina | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Ketika memulai berinvestasi, ada Anda sebaiknya mengenal profil pribadi. Itu adalah wejangan awal dari Gregorius Andrew Andryanto Haswin, Pejabat Sementara (Pjs) Direktur Utama Bank Victoria. Berdasar profil investasi itulah, seseorang bisa menentukan instrumen investasi yang tepat untuk dirinya.

Andrew sendiri menilai dirinya sebagai investor konservatif. Sebab dia sangat mengutamakan keutuhan nilai pokok investasi. Dengan kata lain, Andrew tidak menyukai instrumen investasi yang sifatnya spekulatif.

Pria yang sempat kuliah di Universitas of Rotterdam Belanda itu, mulai berinvestasi sejak kuliah, di tahun 1992. Sejak awal, Andrew memilih instrumen yang tidak butuh spekulasi. Jadi, dia bisa mendiamkan dananya, tanpa repot memikirkan fluktuasi harga. Bahkan, 50% dananya ditanamkan di instrumen pendapatan tetap (fixed income).

Andrew pernah ikut teman dan mengambil instrumen yang spekulatif seperti membeli saham BUMI. Namun, ia menyadari sifatnya yang sangat hati-hati dan konservatif, membuatnya tidak betah berinvestasi pada instrumen itu.

“Mencari uang tidak mudah. Jadi kalau saya punya uang Rp 1 miliar. Mungkin tidak lebih dari Rp 100 juta yang saya sisihkan untuk investasi di saham yang spekulatif,” kata dia.

Selain mengisi portofolio dengan obligasi, Andrew juga menggenggam saham, Andrew merasa nyaman dengan saham berorientasi pertumbuhan (growth stock). Dananya ia diamkan dengan tujuan membiayai kuliah kedua anaknya.

Andrew juga sudah memulai berinvestasi di bidang properti sejak 2010. Akan tetapi, instrumen ini bukan fokus utama. Sebab, properti bukanlah investasi yang likuid. Dia mengambil properti sebagai strategi diversifikasi.

Apalagi mengingat harga properti yang jarang sekali turun. “Saya lebih suka yang likuid. Properti kan susah untuk kembali dijadikan uang. Kalau dijual tidak bisa langsung laku," terang dia. Andrew pun tidak sembarangan mengambil properti.

Jangan serakah

Ada dua prinsip pegangan Andrew. Pertama jangan serakah. Sebab menurut dia ketika serakah dan ingin mendapat untung sebanyak-banyaknya, orang jadi kurang berhati-hati. Ia pun menyoroti kejadian penipuan ala investasi Koperasi Langit Biru yang terjadi belakangan ini. Menurut dia, itu karena orang tidak realistis dan tidak hati-hati.

“Kalau ada yang menjanjikan laba sampai 20% itu harusnya dicermati, instrumen seperti apa yang bisa mencapai laba segitu. Kuncinya ya jangan serakah supaya tidak perlu ada penipuan,” tutur dia.

Kedua, investor harus memahami keperluan dia berinvestasi. Jadi investor bisa mengetahui kebutuhan investasi yang likuid atau yang tidak. Menurut Andrew, keperluan investasi dibagi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Investasi jangka pendek biasanya untuk memenuhi kebutuhan yang perlu cepat, jadi tidak bisa pilih obligasi atau growth stock dan properti.

Andrew juga melihat investasi bukan hanya bersifat finansial. Investasi kehidupan juga diperlukan untuk menyeimbangkan hidup seseorang.
Karena itu, Andrew selalu mengingatkan pentingnya investasi kehidupan. Faktanya, semakin tua seseorang, kebutuhan keluarga semakin besar. Karena itu, Andrew tidak pernah melupakan meluangkan waktu dengan keluarga.

Meski begitu, seseorang tidak harus mengurangi produktivitas. Dan yang pasti, harus profesional. Jadi, ketika kita sudah tidak produktif lagi, kita dikenal sebagai pribadi baik. Loyal dan jujur. "Itu kunci investasi untuk pribadi ke depannya," ujar Andrew. Ini menjadi kunci investasi dalam lingkungan kerja yang harus ditanamkan.

Menanamkan Jiwa Berinvestasi ke Anak

Mengajar sang anak tentang investasi, dilakukan Gregorius Andrew Andryanto Haswin, Pjs Direktur Utama Bank Victoria sejak buah hatinya berusia muda. Dia mengajak kedua anaknya yang tengah duduk di bangku SMP untuk menabung.

Setiap pekan Andrew memberi uang jajan kepada anaknya, dan berpesan agar mereka menyisihkan sebagian dari uang jajannya. Jadilah kedua anaknya mempunyai rekening tabungan sendiri.

Tidak hanya itu, Andrew juga mengajak anak pertamanya menonton berita tentang investasi. Jadi, anaknya sudah mulai mengerti apa artinya jika indeks saham naik atau turun. “Saya kasih tahu anak pertama saya tentang nilai tukar mata uang juga. Kadang saya tanya nilai tukar USD/IDR berapa, dia sudah bisa hitung-hitung sendiri kalau beli US$ 1.000 bisa dapat untung berapa,” kata Andrew.

Dia juga mengajarkan meminimalisasi kerugian dalam memilih instrumen investasi. “Saya tidak hanya menjelaskan dengan perkataan, mereka harus melihat sendiri supaya bisa mengerti,” ujar dia.

Pria kelahiran Bogor ini juga mendidik anak-anak tidak menganggap uang Rp 10.000-Rp 20.000 sebagai uang kecil yang tak berarti. Karena itu, ia juga kerap mengajak anaknya makan di pinggir jalan agar mengenal kehidupan.

Karena itu, Andrew juga menanamkan investasi kehidupan. “Saya tidak ingin anak saya menganggap uang nomor satu dan mengabaikan nilai moral,” ujar dia.

Portofolio Investasi Andrew

50% Fix Income

20% reksadana

20% saham

10% properti


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×