Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Agar reksadana meraih imbal hasil yang optimal, setiap manajer investasi (MI) menerapkan strategi portofolio berbeda. Seperti dilakukan BNI Asset Management mengelola reksadana pendapatan tetap, yaitu memperbanyak obligasi korporasi sebagai aset dasar.
Strategi itu diterapkan pada produk BNI-AM Dana Berbunga Tiga. Produk ini meluncur pada 5 Desember 2006 silam. Per 23 Juni 2014, total dana kelolaan BNI-AM Dana Berbunga Tiga sebesar Rp 50 miliar. Sebanyak 88% ditempatkan di obligasi korporasi, 6% obligasi pemerintah dan 6% efek pasar uang.
Senior Fund Manager BNI Asset Management, Hanif Mantiq mengatakan, strategi tersebut untuk mengantisipasi pergerakan nilai aset dasar akibat fluktuasi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate). "Perubahan BI rate sangat mempengaruhi harga obligasi pemerintah. Sedangkan obligasi korporasi tidak begitu terpengaruh karena hanya mengandalkan tingkat kupon," ujar Hanif.
Kendati demikian, BNI Asset Management tidak asal memilih obligasi korporasi. Hanya yang memiliki peringkat minimal A- bertenor 3 hingga 5 tahun yang dikoleksi sebagai aset dasar. Tapi Hanif bilang, strategi tersebut fleksibel. "Kalau obligasi pemerintah tumbuh baik, tidak berfluktuasi tajam, kita bisa tambah porsinya menjadi 25% hingga 30%," ungkap Hanif.
Per 24 Juni 2014, Nilai Aktiva Bersih (NAB) per unit penyertaan reksadana ini sebesar Rp 1.654,35. Berarti sejak peluncuran, memberi imbal hasil 65,43%. Sedangkan sejak awal tahun 2014, imbal hasilnya 4,52%.
Minimum investasi reksadana ini sebesar Rp 100.000 dengan biaya pembelian 1%. Produk ini bebas biaya penjualan. Namun ada biaya pengelolaan 1,5%, biaya pengalihan 1% dan biaya bank kustodian 0,25%. Hanif menargetkan dana kelolaan produk ini bisa naik 2 kali lipat menjadi Rp 100 miliar akhir tahun 2014. Sedangkan target return sebesar 8%.
Analis PT Infovesta Utama, Edbert Suryajaya mengatakan menjadikan obligasi korporasi sebagai aset dasar dibanding obligasi pemerintah memang langkah tepat. Sifat obligasi korporasi yang tidak fluktuatif dapat meredam ketidakpastian makro ekonomi Indonesia saat ini. “Tapi MI harus cermat memilih obligasi. Obligasi korporasi juga berisiko gagal bayar,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News