kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Analisa Objektif, Bukan Spekulatif


Sabtu, 28 Juni 2014 / 07:33 WIB
Analisa Objektif, Bukan Spekulatif
ILUSTRASI. Kementerian ESDM memastikan belum ada perubahan untuk rencana larangan ekspor tembaga per Juni 2023.


Reporter: Dina Farisah | Editor: Sofyan Hidayat

JAKARTA. Mengawali karier sebagai analis pasar modal, Irvin Patmadiwira terbiasa menganalisa saham-saham berkapitalisasi menengah hingga besar. Dari sini lah Irvin belajar dan menajamkan kemampuan analisa fundamental. Kala itu ia terbiasa menganalisa sektor-sektor semen, telekomunikasi dan ritel. Lambat laun, kejeliannya semakin terasah.

Pada tahun 1997, ia mencoba terjun langsung berinvestasi di saham. Saham pertama yang ia koleksi adalah PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM). Menurut analisanya, harga saham TLKM pada saat itu terbilang murah, yakni 20%–30% di bawah harga seharusnya. Irvin yang pada saat itu merupakan analis junior
di salah satu perusahaan swasta memanfaatkan kesempatan ini.

Ia membeli 5 lot saham TLKM karena optimistis harga akan naik dalam satu tahun mendatang. Namun, baru dalam kurun waktu dua bulan saja, ia sudah mencapai target keuntungan. Irvin kemudian menjual saham TLKM dengan mengantongi untung 19%. “Analisa saya tidak selalu benar. Terkadang bisa juga meleset sehingga rugi,” terang Irvin.

Pria berusia 46 tahun ini juga memiliki pengalaman rugi selama berinvestasi. Analisanya meleset saat membeli saham PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS). Saat itu Irvin masuk ketika harga sedang di puncak. Begitu rugi, ia langsung menjualnya.  Pengalaman rugi inilah yang mengajarkan Irvin agar tidak menahan lama saat loss. Prinsipnya, ia cut loss saat rugi 20%. Tujuannya agar tidak merugi terlalu banyak.

Perjalanan investasi Irvin di pasar saham berlangsung sampai tahun 2007. Tahun berikutnya, ia sudah mengalihkan portofolio ke tabungan dan deposito. Ia beruntung karena berarti keluar sebelum mengalami kerugian karena indeks harga saham gabungan (IHSG) rontok lebih dari 50% pada tahun 2008. Saat itu, Irvin sudah menduduki posisi fund manager di PT Lautandhana Investment Management. Kini, sebagai direktur utama di perusahaan manajer investasi, ia mengedepankan integritas dan tidak lagi berinvestasi  saham.

Prinsip investasi

Saat ini portofolio investasi Irvin terdiri atas enam reksadana saham Lautandhana, deposito, emas, valuta asing dalam bentuk dollar AS dan mobil antik. Sebagai nahkoda perusahaan, ia terjun langsung mengawasi kinerja reksadana. Dengan berinvestasi di produk tersebut, Irvin dapat menilai keunggulan dan kekurangan produknya.

Dalam mengelola portofolionya, Irvin memiliki cara jitu. Ia selalu menghitung segala aspek. Menurutnya, ada banyak kemungkinan dalam berinvestasi. Apabila perhitungan sudah matang, investor tetap memiliki potensi rugi. Hal ini biasanya terjadi lantaran kondisi pasar yang tidak mendukung. Oleh karena itu, Irvin mendiversifikasi portofolionya dengan tujuan mengurangi risiko. “Setiap tiga bulan, kinerjanya harus di-review,” imbuhnya.

Asam garam dalam berinvestasi dikecap Irvin. Dalam berinvestasi, prinsip utamanya adalah disiplin dengan rencana investasi yang ditetapkan. Ia menyarankan investor melakukan analisis seobjektif mungkin terhadap instrumen investasinya. Dan jangan ragu cut loss apabila harus dilakukan. Investor juga harus paham betul karakteristik risiko instrumen investasinya.

Selama 17 tahun menyelam di lautan investasi, bapak satu anak ini menilai dirinya tipe investor moderat cenderung agresif. Ia juga menekankan pentingnya bersabar dan sebaiknya tidak berspekulasi.

Lalu, apa investasi terpenting menurut Irvin? Dengan mantap, ia menjawab sekolah. Sebab, ilmu pengetahuan berperan penting dalam membimbing kita menjalani kehidupan. Ilmu bahkan lebih penting ketimbang uang. Bagi Irvin, uang penting, tapi bukan segalanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×