Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani memberi lampu kuning bagi perusahaan karena kondisi ekonomi global dan regional yang sedang kontraksi. Namun analis memproyeksikan penerbitan surat utang di 2020 akan lebih baik jika dibandingkan dua tahun belakangan.
Analis Pefindo Kresna D Armand menjelaskan saat ini kondisi makro Indonesia yang tertekan dan bergerak volatile karena terdampak perang dagang Amerika Serikat-China yang mempengaruhi seluruh sendi perekonomian.
“Barang dari China yang masuk ke Indonesia mengakibatkan over supply di pasar, akhirnya mengganggu demand dan penjualan beberapa perusahaan,” jelasnya saat ditemui Kontan.co.id di Bursa Efek Indonesia, Rabu (2/10).
Kresna menyatakan dari efek tersebut pembiayaan manufacturing barang baru tidak mampu bersaing. Alhasil data Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia juga stagnan di posisi 49,1 di September dari sebelumnya 49,0 di Agustus 2019.
Baca Juga: Pemerintah masih butuh Rp 10,97 triliun untuk melunasi SBN ritel yang jatuh tempo
Kontraksi perekonomian Indonesia juga ditandai dengan rasio utang pelat merah yang meningkat dan rentan jika dibandingkan dengan negara Asia Pasifik selain China.
Pefindo membenarkan peringatan tersebut. Namun, menurut Kresna rasio utang perusahaan sebenarnya masih manageable.
Namun, di tengah kondisi saat ini ada beberapa sentimen positif yang mampu memperbaiki penerbitan surat utang di 2020.
Indikator yang dicermati Kresna adalah kestabilan politik karena pemerintahan berlanjut. Sebab masalah yang memberatkan penerbitan surat utang di 2018-2019 adalah kenaikan suku bunga hingga enam kali di 2018 dan masalah politik di sepanjang tahun ini.
Kedua, inflasi yang terjaga bahkan terjadi deflasi. Namun, harus dilihat dari segi makro karena tidak ingin mengganggu kurs. Ketiga, adanya tren penurunan suku bunga.
Baca Juga: Pemain multifinance belum berniat terbitkan surat berharga komersil
Kresna menjelaskan kalau di akhir tahun perusahaan merasa dibebankan dengan sentimen yang ada saat ini, biasanya di awal 2020 akan ada banyak perusahaan yang antre menerbitkan surat utang.
Kresna memproyeksikan di 2020 obligasi tetap jadi instrumen yang paling banyak diterbitkan dibanding dengan rights issue, MTN, dan IPO.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News