Reporter: Klaudia Molasiarani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Langkah ekspansi PT Surya Semesta Internusa Tbk (SSIA) ke kawasan industri di Subang diprediksi mampu meningkatkan pendapatan emiten ini. Terlebih ditunjang adanya infrastruktur pelabuhan Patimban yang akan dibangun oleh pemerintah.
Analis NH Korindo Securities, Bima Setiaji bilang segmen kawasan industri bakal berkontribusi besar dalam perolehan laba SSIA tahun ini. “Terutama setelah duit penjualan Cipali diterima. Menurut saya ini bisa dipakai untuk ekspansi lahan di kawasan Subang,” ujarnya kepada KONTAN beberapa waktu.
Adapun total land bank yang dimiliki SSIA bisa mencapai 1.033 hektare (ha) tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan emiten, per kuartal III/2016, pendapatan induk usaha PT Nusa Raya Cipta Tbk ini tergerus 21,8% menjadi Rp3,01 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 3,85 triliun.
Bima Setiaji bilang, dari sisi transaksi lahan, SSIA berhasil mencatatkan marketing sales mencapai Rp170 miliar untuk lahan seluas 10 ha pada tahun 2016. “Akan tetapi, dia sebenarnya berkembang dari sisi konstruksi, belum fokus ke kawasan industri,” imbuhnya.
Meski industri properti sedang dalam tren penurunan, tahun ini dia optimistis sektor ini bakal mengalami kenaikan dari sisi demand. Bima menambahkan, ekspansi kawasan ke Subang bisa dibilang prospektif bagi bisnis konstruksi SSIA.
Pasalnya, adanya pelabuhan Patimban yang bakal dibangun pemerintah akan menguntungkan bagi pabrik yang akan menggunakan lahan di Subang.
Hal inilah yang menurut Bima bakal berkontribusi besar dalam perolehan laba SSIA. “Kalau dari sisi konstruksi, tahun ini SSIA baru akan menggarap SSI Tower di Kuningan, Jakarta Selatan,” katanya.
Bima memprediksi, pertumbuhan pendapatan SSIA sektor kawasan industri, berkisar 50%, sedangkan untuk konstruksi pertumbuhannya 5% - 10%.
Senada, Igor Nyoman Putra, Analis BCA Sekuritas menilai langkah SSIA untuk fokus di kawasan industri Subang adalah tepat karena ada perkembangan dari pelabuhan Patimban dan jalan tol yang akan meningkatkan Revised Net Asset Value (RNVA) dari SSIA.
Adapun tahun ini SSIA memasang target penjualan lahan 20 hektare. Bima memprediksi, target penjualan properti tersebut bisa meningkat hingga 50% dari tahun 2016 yakni sekitar Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar. “Itupun belum termasuk hasil divestasi saham ke Astratel karena itu belum deal, uangnya belum masuk,” ungkapnya.
Terkait rencana kebijakan pemerintah mengenai pajak progresif, menurut Bima tidak akan berpengaruh pada pertumbuhan bisnis kawasan industri SSIA. Dia bilang, pemerintah tidak akan membuat suatu aturan yang merugikan emiten properti dan kawasan industri.
“Yang disasar pemerintah itu sebenarnya lebih ke oknum spekulasi yang mengumpulkan lahan dengan tujuan untuk dijual kembali dengan harga yang lebih tinggi,” ujarnya.
Jika, pajak tersebut diterapkan, hal itu malah bisa menguntungkan bagi para pelaku bisnis. Dia pun merekomendasikan beli untuk saham SSIA dengan target harga Rp 750 per saham.
Sementara itu, Igor bilang, adanya penundaan untuk perkembangan pelabuhan di Patimban juga bisa menjadi faktor yang akan menurunkan nilai SSIA.
Namun begitu, Igor memproyeksikan pendapatan SSIA tahun ini mencapai Rp372 miliar, belum termasuk hasil penjualan tol Cipali. Igor pun merekomendasikan beli untuk saham SSIA dengan target harga Rp720 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News